REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurang tidur diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Sebuah penelitian baru mungkin telah mengungkap mengapa buruknya tidur malam dapat berdampak buruk pula bagi jantung dan pembuluh darah Anda.
Dikutip di Live Science, dalam penelitian yang dilakukan pada tikus, peneliti menemukan tidur yang terfragmentasi mengubah kadar hormon tertentu. Hal ini meningkatkan produksi sel-sel inflamasi di sumsum tulang. Peradangan ini berperan dalam pengembangan aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah karena penumpukan plak.
Temuan yang dipublikasikan 13 Februari dalam jurnal Nature, menunjukkan tidur yang tepat dapat mencegah risiko aterosklerosis. Sebaliknya, tidur yang terganggu membuat kondisi semakin buruk.
Namun, para peneliti mengatakan karena penelitian dilakukan pada tikus, temuan ini perlu dikonfirmasi pada manusia. Sejumlah penelitian mengaitkan tidak cukup tidur dengan meningkatkan risiko masalah jantung, termasuk tekanan darah tinggi, penyakit jantung, serangan jantung dan strok. Tetapi alasan biologis yang mendasari hubungan ini tidak jelas.
Dalam studi baru, para peneliti mengamati tikus yang secara genetik rentan terhadap aterosklerosis. Beberapa tikus dibiarkan tidur dalam waktu yang cukup, sementara yang lain kurang tidur.
Studi menemukan, tikus yang kurang tidur tidak mengalami perubahan dalam berat badan atau kadar kolesterol dibandingkan dengan tikus yang cukup tidur. Tetapi tikus yang kurang tidur memang memiliki plak yang lebih besar di arteri mereka dan tingkat peradangan yang lebih tinggi di pembuluh darah mereka, dibandingkan dengan tikus yang cukup tidur.
Tikus yang kurang tidur juga memiliki tingkat hormon yang disebut hipokretin atau dikenal sebagai orexin lebih rendah di bagian otak mereka (hipotalamus). Pada manusia, hipokretin dianggap meningkatkan kesadaran dan kadar hormon diketahui berkurang pada orang dengan gangguan tidur narkolepsi.
Yang menarik, para peneliti mencatat beberapa penelitian menunjukkan orang-orang dengan narkolepsi juga memiliki risiko penyakit jantung yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak memiliki narkolepsi. Para peneliti menemukan penurunan kadar hipokretin menyebabkan peningkatan kadar protein pensinyalan yang disebut CSF1, yang pada gilirannya meningkatkan produksi sel darah putih inflamasi di sumsum tulang dan mempercepat aterosklerosis. Terlebih lagi, mengembalikan kadar hipokretin pada tikus mengurangi aterosklerosis.
"Kami telah menemukan tidur membantu mengatur produksi sel-sel inflamasi dan kesehatan pembuluh darah dan, sebaliknya, gangguan tidur merusak kontrol produksi sel inflamasi yang mengarah pada lebih banyak peradangan dan lebih banyak penyakit jantung," kata penulis studi senior, Filip Swirski dari Pusat Biologi Sistem Rumah Sakit Umum Massachusetts.
Mereka juga mengaku telah mengidentifikasi bagaimana hormon di otak diketahui mengendalikan dan melindungi terhadap penyakit kardiovaskular. "Kita sekarang perlu mempelajari jalur ini pada manusia dan mengeksplorasi cara-cara lain tidur dapat memengaruhi kesehatan jantung," kata Swirski.