Jumat 15 Feb 2019 06:17 WIB

Bukan Trombosit, Ini Penentu Berat Ringannya DBD

Faktor terpenting dalam pengobatan DBD adalah cairan.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika seseorang terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD), salah satu hal yang paling sering ditanyakan keluarga dan kerabat adalah mengenai trombosit pasien DBD. Tak jarang orang-orang terdekat pasien DBD berlomba-lomba mencarikan daun pepaya hingga mengkudu yang diyakini dapat meningkatkan trombosit. Benarkah hal ini?

"Minum daun pepaya pahit, malah bisa muntah-muntah (pasiennya). Jangan percaya begitu saja informasi di medsos," ungkap Prof dr Saleha Sungkar DAP&E MS SpParK dari Departemen Parasitologi FKUI di Gedung IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Baca Juga

Saleha menegaskan bahwa yang terpenting dalam pertolongan pertama dan perawatan DBD adalah pemberian cairan. Keluarga dan kerabat pasien tidak perlu repot untuk membantu menaikkan trombosit pasien DBD karena trombosit pasien DBD akan otomatis naik sendiri seiring dengan berjalannya waktu.

Konsultan penyakit tropik dan infeksi dari FKUI/RSCM Dr dr Leonard Nainggolan SpPD-KPTI di Gedung IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menambahkan, tidak semua pasien DBD dengan trombosit rendah memerlukan transfusi trombosit. Pasien DBD hanya memerlukan transfusi trombosit bila memiliki trombosit di bawah 100.000/ul dan mengalami perdarahan masif.

Perdarahan masif yang dimaksudkan ialah seperti muntah darah, BAB berdarah, feses jadi hitam, mimisan hingga gusi berdarah yang tidak berhenti. "Kalau itu terjadi dan trombosit di bawah 100.000/ul baru transfusi, karena kita bukan mengobati trombositnya," ujar Leonard.

Senada dengan Saleha, Leonard menekankan bahwa faktor terpenting dalam pengobatan DBD adalah cairan. Pasien DBD memerlukan asupan cairan pengganti karena biasanya mengalami kebocoran plasma.

Kebocoran plasma terjadi karena celah pada sel-sel endotel di pembuluh darah kapiler melebar akibat respon tubuh terhadap infeksi virus dengue. Akibatnya, plasma darah yang sebagian besar terdiri dari air 'bocor' keluar pembuluh darah melalui celah ini.

Seperti diketahui, darah terdiri dari 55 persen plasma dan 45 persen komponen selular. Sebanyak 91 persen plasma merupakan air, 7 persennya adalah protein darah sedangkan 2 persen sisanya merupakan nutrisi, hormon dan elektrolit.

Ketika kandungan plasma seperti air, protein darah hingga elektrolit keluar dari celah ini, komponen selular tetap tertahan di dalam pembuluh darah. Akibatnya, terjadi pengentalan darah atau hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi dapat menyebabkan aliran darah melambat dan suatu saat bisa terhambat. Pemantauan hemokonsentrasi pada pasien DBD bisa dilakukan dengan pemeriksaan hematokrit.

"Jadi berat ringannya DBD bukan dilihat dari trombosit tapi hematokrit," ungkap Leonard.

Karena celah ini menyebabkan banyak air dari plasma darah yang 'bocor', pengobatan DBD sangat membutuhkan cairan pengganti. Karena itu, pasien DBD disarankan untuk banyak minum.

Namun Leonard mengatakan air putih biasa bukan opsi yang tepat untuk diberikan kepada pasien DBD. Pasien DBD membutuhkan cairan pengganti yang mengandung glukosa serta elektrolit.

Badan Kesehatan Dunia WHO juga tidak menganjurkan pemberian air putih bagi pasien DBD. Jenis-jenis minuman yang lebih direkomendasikan untuk pasien DBD adalah susu, jus buah, air tajin, hingga minuman lain yang mengandung glukosa dan elektrolit. "Atau bisa bikin oralit sendiri. Teh manis dikasih sejumlah garam," terang Leonard.

Glukosa dan elektrolit yang masuk ke dalam usus akan menarik air. Dengan begitu jumlah air yang diserap tubuh akan menjadi lebih banyak.

Pemberian minuman yang mengandung gula dan elektrolit juga lebih baik bagi pasien DBD karena memiliki rasa yang enak serta memiliki kandungan garamnya. Kandungan garam ini akan membuat pasien merasa haus dan berkeinginan untuk terus minum. "Minum sebanyak yang dia mau, jangan dipaksa," jawab Leonard.

Bagi pasien rawat inap, pemberian cairan pengganti juga dilakukan melalui infus. Jumlah cairan yang diberikan melalui infus akan bergantung pada kadar hematokrit pasien DBD. Semakin tinggi kadar hematokrit, semakin banyak cairan yang akan diberikan melalui infus. "Kalau infus yang tentukan dokter, bukan perawat," terang Leonard.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement