REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bersin merupakan salah satu mekanisme alami tubuh. Hanya saja, ketika itu terjadi ada banyak hal yang disebarkannya dan kita terbiasa menutup langsung dengan tangan untuk menghalangi.
Selama bertahun-tahun, organisasi kesehatan masyarakat telah memberitahu untuk menggunakan lengan dan siku saat tidak ada alat bantu untuk menutupi bersin. Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran ke udara bebas.
Tapi, seberapa banyak dari kita yang membersihkan bagian yang digunakan untuk menutup bersin? Nyatanya, kebiasaan melakukan pembersihan lengan atau siku setelah bersin sangat jarang dilakukan, padahal itu digunakan untuk menghalau banyak kuman dan bakteri.
Tetesan-tetesan infeksi di udara yang kita keluarkan ke tangan dapat dengan mudah ditransmisikan ke orang lain secara langsung atau melalui permukaan tanpa sadar. Ukuran siku atau lengan baju yang lebih besar setidaknya harus memberi kesempatan lebih kecil bagi kuman terbang ke udara.
Ada banyak bidang penelitian yang mencari cara terbaik menjauhkan kuman flu dan pilek dari orang lain (istilah umum dikenal sebagai etiket batuk). Sebenarnya ada sedikit penelitian yang mengejutkan membandingkan berbagai metode untuk menutupi batuk dan bersin.
Studi pada 2013 dari para peneliti di University of Alberta di Kanada mencoba melakukan kajian tentang cara menutup saat bersin. Mereka merekrut sekelompok kecil orang sehat untuk batuk dalam kondisi yang berbeda.
Para peserta mengenakan masker wajah, batuk ke lengan, batuk ke tangan, atau batuk ke tisu. Ketika sukarelawan batuk, para peneliti kemudian menggunakan laser untuk mengukur tingkat tetesan udara yang keluar dari mulut mereka.
Tim sampai pada kesimpulan setiap metode, termasuk lengan dan masker wajah, masih meninggalkan banyak partikel aerosol kecil yang mampu menginfeksi seseorang melalui udara. Para peneliti juga mengkritik dukungan para dokter dan organisasi kesehatan masyarakat yang menutupi lengan sebagai langkah yang berguna untuk pencegahan flu.
"Masyarakat telah mengadopsi manuver ini tanpa meminta atau menuntut bukti ilmiah," ujar penelitian tersebut, dikutip dari Gizmodo, Senin (11/2).
Insinyur dan salah satu penulis penelitian tersebut Jonathan Chiang menyatakan, hasil studi yang dilakukan tidak membuktikan setiap orang harus berhenti menutupi batuk atau bersin dengan tangan mereka. Sebab, menutup batuk atau bersin dengan sesuatu yang sangat padat memang bisa menahan penyebaran, namun, itu artinya orang tersebut tidak bisa bernafas.
"Jadi mungkin batuk ke lengan Anda sedekat mungkin dengan penghalang yang solid," ujar Chiang.
Chiang menjelaskan, batuk ke lengan setidaknya akan membuat ukuran partikel lebih besar, karena mereka harus melalui penghalang dan terakumulasi menjadi partikel yang lebih besar. Artinya, itu akan membuat lebih sulit bagi partikel untuk melakukan perjalanan di udara dan sulit untuk orang lain menghirup partikel tersebut.
Tetapi meskipun bersin atau batuk ke lengan bukan strategi yang sempurna, itu masih bisa ditahan ketimbang tersebar ke benda lain. Partikel-partikel itu bisa menempel pada ponsel cerdas atau keyboard komputer. Virus flu dapat bertahan selama berjam-jam di permukaan lingkungan.
“Cuci tanganmu, atau dalam hal ini, cuci tanganmu setelah batuk. Itu akan bermanfaat bagi semua orang di sekitar Anda. Hal lain yang dicoba dipelajari oleh penelitian kami adalah jangan memiliki rasa aman yang salah," kata Chiang.