Rabu 06 Feb 2019 09:01 WIB

Giliran Negara Tetangga Myanmar Kena Desak Angelina Jolie

Jolie menegaskan keadaan yang dialami Muslim Rohingya sangat tragis.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Indira Rezkisari
Aktris Hollywood dalam jumpa pers kunjungannya di kamp pengungsian Muslim Rohingya di Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh, Selasa (5/2).
Foto: AP
Aktris Hollywood dalam jumpa pers kunjungannya di kamp pengungsian Muslim Rohingya di Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh, Selasa (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Aktris Hollywood Angelina Jolie menanggapi krisis kemanusiaan yang dialami Muslim Rohingya. Setelah mengunjungi para pengungsi Rohingya di Bangladesh, ia mendesak pejabat di negara tetangga Myanmar untuk menunjukkan 'komitmen tulus'  mengakhiri persoalan Rohingya.

Jolie meminta agar ada upaya perbaikan terhadap kondisi masyarakat di negara bagian Rakhine, yang berbatasan dengan Bangladesh. Sebab hak asasi manusia (HAM) mereka yang paling dasar itu ditolak, yakni kewarganegaraan di negara kelahiran.

"Beberapa orang bahkan tidak akan menyebut Rohingya dengan nama sahnya," ujar Jolie sebagai utusan khusus pengungsi PBB, dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (6/2).

Jolie telah mengunjungi kamp Kutupalong Rohingya di Bangladesh selatan, rumah bagi ribuan Muslim Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar. Dia kemudian mendesak agar rekomendasi Komisi Penasihat Rakhine dilaksanakan.

"Mereka memiliki hak absolut untuk kembali ke rumah (Myanmar), tetapi hanya ketika mereka merasa cukup aman untuk melakukannya secara sukarela dan mengetahui hak-haknya akan dihormati," papar dia.

Dalam kunjungannya ke tempat pengungsian Muslim Rohingya di Bangladesh, Jolie bertemu dengan seorang perempuan yang selamat dari pemerkosaan di Myanmar. Perempuan tersebut kemudian bilang, "Kau harus menembakku di tempatku berdiri sebelum kembali tanpa hak".

"Tanggung jawab untuk memastikan hak-hak itu dan kemungkinan orang-orang Rohingya kembali ke negara bagian Rakhine terletak sepenuhnya pada pemerintah dan pihak berwenang di Myanmar," kata Jolie.

Jolie menegaskan bahwa keadaan yang dialami Muslim Rohingya itu tragis, dan dunia diperingatkan oleh empat dekade penganiayaan dan diskriminasi. "Sampai mereka dapat kembali, kami memiliki tanggung jawab kolektif untuk memastikan mereka dapat hidup bermartabat di sini di Bangladesh," katanya.

Rohingya, yang digambarkan PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat sejak belasan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012. Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

Dari laporan Ontario International Development Agency (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah terbunuh oleh pasukan negara Myanmar. Dalam laporan berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap" itu, lebih dari 34 ribu Rohingya dilempar ke api, sementara lebih dari 114 ribu lainnya dipukuli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement