Sabtu 02 Feb 2019 06:54 WIB

Fakta Unik di Balik Kuliner Khas Imlek

Di Indonesia, Yu Sheng baru populer sekitar 15 tahun lalu.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Indira Rezkisari
Yu Sheng racikan restoran makanan Cina halal Lei Lo di Jakarta.
Foto: Republika/Retno Wulandhari
Yu Sheng racikan restoran makanan Cina halal Lei Lo di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Layaknya perayaan hari besar lain seperti Natal, Idul Fitri atau pun Waisak, Imlek dirayakan dengan kumpul keluarga disertai dengan makan bersama. Pada perayaan Imlek, tradisi makan ini merupakan wujud rasa syukur dan pengharapan yang disimbolkan melalui berbagai sajian makanan khas Imlek.

Satu makanan yang wajib ada ketika Imlek adalah kue keranjang. Namun kue keranjang setiap negara tidak sama satu dengan lainnya. Bahkan kue keranjang yang selalu ada di setiap rumah keluarga Tionghoa Indonesia, hanya bisa ditemukan di Indonesia.

Baca Juga

Menurut Sekjen Asosiasi Peranakan Tioghoa Indonesia & Kepala Kajian Riset dan Budaya, Aji Chen Bromokusumo, di negara aslinya kue keranjang dikenal dengan sebutan Nien Kao. Berbeda dari kue keranjang di Indonesia, Nien Kao bentuknya panjang dan berwarna putih seperti lontong. Dari segi rasa, Nien Kao sama sekali tidak manis atau cenderung tawar.

Selain kue keranjang, makanan yang wajib ada di meja makanan keluarga peranakan Tionghoa saat Imlek adalah Yu Sheng atau Yee Sang. Yu Sheng merupakan sajian seperti salad yang terdiri dari kombinasi sayur dan daging segar.  

Meski menjadi makanan wajib saat perayaan tahun baru Cina, Yu Sheng ternyata tidak ditemukan di Cina. Menurut Aji, Yu Sheng lebih poluler di kalangan peranakan Tionghoa yang hidup di daerah-daerah pesisir seperti Malaysia dan Singapura. Tidak heran apabila ikan segar dijadikan sebagai bahan utama membuat Yu Sheng.

"Yu Sheng tidak akan ditemui di Beijing atau Shanghai karena mereka tidak suka ikan mentah. Di Indonesia, Yu Sheng baru populer sekitar 15 tahun lalu," ujar Aji saat ditemui di Lei Lo Restaurant.

Meski identik dengan makan-makan, menurut Aji, tidak semua makanan bisa dihidangkan saat Imlek. Makanan jenis berduri sangat dihindari ketika perayaan pergantian tahun baru ini tiba. Secara filosofi, Aji menjelaskan, buah berduri seperti durian dan salak dianggap bisa mengganggu peruntungan di tahun baru.

Dirayakan setiap tahun, tidak banyak orang yang tahu seputar asal muasal perayaan Imlek. Selama ini, perayaan pergantian tahun baru Cina hanya identik dengan kumpul keluarga, berbagi angpao dan menyantap makanan bersama.

Menurut Aji, istilah Imlek sendiri hanya dikenal di Indonesia. Di negara asalnya, tahun baru Cina dikenal dengan sebutan Yin Li yang berarti kalender bulan.

"Imlek berasal dari dialek Hokkian, imigran yang datang ke Indonesia lebih gampang menyebut Imlek ketimbang Yin Li," kata Aji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement