REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak informasi mengenai bahaya minyak kelapa gencar disiarkan pada 2011 lalu, penggunaannya pun mulai berkurang. Asosiasi Jantung Amerika menemukan bahwa minyak kelapa mengandung lemak jenuh tinggi yang bisa menyebabkan penyakit kardiovaskuler.
Faktanya, minyak berbasis sayuran jauh lebih menyehatkan untuk jantung dibandingkan mentega atau minyak kelapa. Meningkatnya kesadaran akan hal ini, penjualan minyak kelapa pun menurun drastis. Penurunan penjualan bahkan terjadi setahun setelah kampanye.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa harga grosir industri minyak kelapa turun hingga 58 persen pada November 2018. Bukan hal yang mengejutkan lagi apabila jumlah minyak kelapa yang diimpor ke Amerika juga mengalami penurunan sekitar 4 persen antara September 2017 dan 2018.
Akibatnya, persediaan minyak kelapa pun turun hampir separuh dari biasanya. Lebih jauh, data juga mencatat minyak kelapa tidak lagi banyak digunakan seperti waktu dulu. Pada 2014 dan 2015, konsumsi minyak kelapa Amerika sebanyak 562 ribu metrik ton. Namun pada 2017 dan 2018, penggunannya hanya 437 ribu metrik ton.
Direktur Nutrisi Cooking Light, Brierly Horton mengatakan kesadaran terhadap hal ini harus dilakukan lebih dari sekadar memperhatikan kandungan lipoprotein yang berkaitan erat dengan kolesterol LDL atau kolesterol jahat.
Ditambahkan, Asosiasi Jantung Amerika mengumumkan rekomendasi pedoman penggunaan minyak kelapa yang aman. Sebagai alternatif, Horton menyarankan penggunaan minyak canola dan minyak alpukat untuk pengganti minyak kelapa.