Selasa 29 Jan 2019 08:33 WIB

Takut dengan Pernikahan? Mungkin Anda Mengalami Gamophobia

Berdasarkan penelitian orang yang alami Gamophobia sebenarnya ingin menikah

Rep: MGROL 117/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pernikahan (ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan
Pernikahan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Anda yang ingin menghalalkan hubungan percintaan maka harus melewati tahap pernikahan. Di Indonesia, pernikahan adalah langkah awal resmi sebuah hubungan pasangan dalam menjalani kehidupan. 

Sebagian besar orang, pernikahan merupakan sebuah keinginan besar. Begitupun dalam agama, proses menghalalkan hubungan adalah pernikahan. Namun, beberapa orang ada yang takut menikah. Bahkan menjadikan pernikahan menjadi momok menakutkan bagi dirinya. 

Kondisi di atas disebut sebagai Gamophobia. Seperti yang dilansir dari salah satu blog Daily Slice of me. Dalam keadaan normal, setiap orang mampu untuk mengendalikan rasa takut. Namun fobia merupakan rasa takut atau khawatir yang susah untuk ditoleransi. 

Fobia akan berakhir pada fiksasi. Fiksasi adalah kondisi dimana mental seseorang sudah terkunci dan susah mengendalikan perasaannya. Sindrom Gamophobia, merupakan kondisi perasaan seseorang takut akan adanya pernikahan.

Gamophobia berasal dari bahasa Yunani, Gamo secara bahasa berarti pernikahan. Gamophobia adalah rasa takut untuk menikah dalam sebuah hubungan asmara atau komitmen. Lawan dari ‘gamophobia’ adalah ‘anuptophobia’ yaitu takut menjadi jomblo atau hidup menjomblo.

Menariknya, beberapa yang memiliki Gamophobia sebenarnya ingin menikah, hanya saja rasa takut mereka mencegah untuk mewujudkan keinginan mereka. Bahkan keinginan mereka seringkali menjadi pemicu rasa takut dalam diri mereka sendiri. Umumnya Gamophobia terjadi karena melihat efek negatif dari pemikiran.

Gamophobia disebabkan oleh rasa takut karena melihat beberapa pengalaman buruk yang dialami oleh sebuah pasangan dalam keluarga. Seperti perkelahian, konflik, kekerasan dalam rumah tangga hingga perceraian.

Sindrom Gamophobia bisa dicegah atau diminimalisir dengan selalu berpikir positif dan melihat sisi kebahagiaan pernikahan atau dengan terapi atau konseling. Bimbingan konseling akan mengarahkan pemahaman Anda menjadi positif sehingga mencegah pemicu rasa takut, termasuk dalam hal pernikahan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement