Rabu 23 Jan 2019 20:15 WIB

Pakar Gizi: Sayur untuk Anak di Bawah Dua Tahun tidak Utama

Menurutnya, MPASI harus memenuhi komposisi karbohidrat, lemak, dan protein.

Sajikan sayur dalam bentuk yang menarik untuk membuat anak mau makan sayur.
Foto: Flickr
Sajikan sayur dalam bentuk yang menarik untuk membuat anak mau makan sayur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Indonesia Damayanti Rusli Sjarif mengatakan banyak para orang tua, khususnya ibu muda milenial, yang memberikan sayuran serta buah sebagai makanan pendamping ASI. Padahal, menurut Damayanti, anak hingga usia dua tahun harus terpenuhi gizi yang sesuai dengan komposisi pembentuk otak, yakni karbohidrat, lemak, dan protein.

"Sayur-mayur diberikan ke bayi, padahal itu tidak utama. Itu kan serat. Di atas dua tahun baru dikasih (sayuran). Karbohidrat, lemak, dan protein itu yang membentuk otak anak sampai dua tahun," kata dia, Rabu (23/1).

Baca Juga

Damayanti menekankan, stunting atau kondisi tubuh kerdil pada anak bukan karena gen dari orang tua melainkan faktor lingkungan. "Faktor lingkungan itu cara hidup, cara makan. Itu yang diturunkan dari orang tua ke anaknya," katanya.

Jika ada orang tua yang sewaktu kecil mengalami kekerdilan, anaknya tidak akan mengalami hal serupa karena stunting tidak diwariskan melalui gen. Kondisi stunting atau tidaknya seorang anak disebabkan pola asuh apakah orang tua memberikan asupan dengan gizi seimbang atau tidak.

"Stunting bukan sesuatu yang diturunkan. Kalau diperbaiki pola makannya bisa lebih baik," kata dia.

Namun, stunting yang disebut juga kurang gizi menahun atau kronis berbeda dengan kasus obesitas pada anak. Damayanti menjelaskan kecenderungan anak mengalami obesitas turut dipengaruhi gen sebanyak 10 persen dari orang tuanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement