Senin 21 Jan 2019 18:44 WIB

Penyakit Jantung Kini Sudah Jadi Penyakit Rakyat

Ada beragam jenis penyakit jantung yang bisa diidap oleh siapapun.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Hidup aktif dengan meluangkan waktu untuk berolahraga membantu menghindari risiko penyakit jantung.
Foto: EPA
Hidup aktif dengan meluangkan waktu untuk berolahraga membantu menghindari risiko penyakit jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Selama ini masyarakat beranggapan, sakit jantung adalah penyakitnya orang kaya. Asumsi ini muncul karena pengetahuan masyarakat terbatas pada penyakit jantung koroner (PJK) yang sangat berkaitan dengan pola makan yang tidak terkontrol.  

Menurut Dr dr Rita Zahara, SpJP (K), relawan Dokter Spesialis Jantung Dompet Dhuafa, padahal penyakit jantung memiliki banyak jenis dan kini sudah menjadi penyakit rakyat. Mulai dari penyakit jantung katub, atau yang dikenal dengan penyakit jantung reumatik, panyakit jantung bawaan, hingga penyakit jantung gangguan irama (aritmia). Semua itu tidak memiliki hubungan dengan makanan yang dikonsumsi.

Baca Juga

"Penyakit jantung katub (reumatik) misalnya, bisa diidap oleh remaja atau dewasa. Biasanya penderita mengalami infeksi yang disebut dengan infeksi demam reumatik saat kanak-kanak atau usia sekolah," kata Rita melalui rilis yang diterima Republika.

Dokter Rita dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita itu mengatakan di Indonesia kejadian demam reumatik pada anak sekolah belum diketahui secara pasti. Namun pernah dilaporkan sekitar 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak sekolah. Anak-anak ini akan tumbuh dengan komplikasi kelainan katub jantung pada saat remaja dan dewasa. Saat ini mereka membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk melakukan operasi terhadap kelainan ini.

Penyakit jantung lainnya, adalah penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung ini terjadi selama dalam kandungan dan terlahir dengan kelainan bawaan. Penyakit jantung kongenital ini makin meningkat setiap tahunnya, dilaporkan dalam 1.000 kelahiran hidup terdapat 12-14 bayi dengan kelainan jantung bawaan.

"Jika dilihat dari berbagai jenis penyakit jantung ini, penyakit jantung ternyata banyak didapati pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah," lanjutnya.

Mereka rentan terkena infeksi karena sosio-ekonomi yang rendah. Oleh karena itu, pemerintah juga mesti menaruh perhatian pada masyarakat rendah yang menderita penyakit jantung reumatik dan penyakit jantung bawaan daripada PJK. Untuk diketahui PJK mengambil porsi terbesar dari klaim BPJS saat ini.

Penyakit jantung reumatik dan penyakit jantung kongenital saat ini belum menjadi perhatian pemerintah. Terbukti, klaim BPJS untuk jenis penyakit ini cukup rendah. Rumah sakit yang bersedia melakukan operasi untuk kelainan ini juga sangat sedikit karena rendahnya klaim yang didapat dari BPJS.

Selain itu, karena yang menderita kelainan jantung ini notabene masyarakat menengah bawah, antrian untuk mendapatkan layanan operasi di RS juga sangat terbatas. Saat ini untuk kedua tindakan operasi penyakit ini bisa menunggu 6 bulan hingga 2 tahun. Dan diketahui makin lama menunggu kondisi makin memburuk dan ancamannya adalah kematian.

Selain tindakan operasi yang menunggu waktu lama, obat-obatan yang dibutuhkan pasien kelainan jantung ini juga tidak masuk ke dalam formularium nasional. Akibatnya, pasien lebih sulit untuk diobati. Sebagai contoh, Statin yang hanya diberikan untuk pasien cholesterol tinggi, padahal penelitian membuktikan bahwa Statin adalah obat untuk peradangan otot jantung.

Demikian juga sildenafil yang hanya diindikasikan untuk disfungsi ereksi, padahal penelitian membuktikan bahwa sildenafil dapat menurunkan tekanan paru-paru pada pasien yang menderita penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung reumatik.

Inilah kondisi penyakit jantung di Indonesia. Sayangnya pemerintah masih fokus terhadap PJK, padahal masih banyak penyakit jantung lainnya yang diderita oleh rakyat Indonesia yang juga perlu perhatian khusus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement