Rabu 16 Jan 2019 18:02 WIB

Olahraga Kurangi Risiko Serangan Jantung pada Orang Sehat

Kesimpulan peneliti olahraga jadi obat pencegahan penyakit jantung

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Olahraga lari  (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Olahraga lari (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru, yang muncul di European Heart Journal menunjukkan kurangnya aktivitas fisik dapat secara drastis meningkatkan risiko serangan jantung dalam jangka panjang. Risiko ini hadir bahkan jika tidak ada gejala saat ini.

Kebugaran kardiorespirasi menggambarkan kemampuan tubuh untuk mengirimkan oksigen ke otot ketika Kita melakukan aktivitas fisik. Secara khusus, istilah ini mengacu pada efisiensi jantung, paru-paru, dan sistem pembuluh darah.

Sejumlah besar penelitian telah mengaitkan kebugaran kardiorespirasi dengan berbagai hasil kesehatan positif, mulai dari mencegah penyakit kardiovaskular dan semua penyebab kematian hingga mencegah diabetes serta meningkatkan resistensi insulin.

Namun, sebagian besar penelitian sebelumnya mengandalkan tingkat kebugaran yang dilaporkan sendiri oleh para peserta. Seperti yang dilansir dari Medical News Today, Rabu (16/1), penelitian baru menggunakan metode yang lebih tepat untuk mengukur kebugaran kardiorespirasi dan menyoroti manfaatnya yang lain.

Menurut studi baru, tingkat kebugaran yang lebih tinggi dapat mengurangi risiko serangan jantung hingga setengahnya. Sebaliknya, para peneliti menyarankan,tingkat kebugaran yang buruk dapat meningkatkan risiko di masa depan bahkan tanpa adanya gejala peringatan di masa sekarang.

Bjarne Nes dari Cardiac Exercise Research Group di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia da rekan-rekannya menganalisis kebugaran kardiorespirasi lebih dari 4.500 orang yang mengambil bagian dalam survei kesehatan luas yang disebut HUNT3. Tidak ada peserta yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, paru-paru, kanker, atau tekanan darah. Lebih dari 50 persen peserta. Para ilmuwan menggunakan penyerapan oksigen maksimum untuk mengukur tingkat kebugaran para peserta secara langsung.

Pada akhir penelitian, 147 peserta mengalami serangan jantung atau mengidap angina pektoris. Dua kondisi yang disebabkan oleh penyempitan arteri koroner.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement