Senin 14 Jan 2019 19:48 WIB

Cara Tepat Menginvestasikan Kesehatan

Penelitian menyebutkan orang yang berolahraga mendapat gaji 9 persen lebih tinggi

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Olahraga di malam hari.
Foto: REUTERS/Edgar Su
Olahraga di malam hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, tak sedikit orang yang rela mengeluarkan banyak uang demi menginvestasikan kesehatan. Ada banyak ragam investasi kesehatan yang bisa dilakukan, mulai dari mengikuti keanggotaan gym, membeli suplemen-suplemen gizi, berlangganan katering makanan sehat hingga menyewa personal trainer.

"Tapi seberapa banyak dari uang ini yang dikeluarkan dengan bijak?" ungkap pendiri Grasshopper and Chargify sekaligus investor David Hauser seperti dilansir Barron's.

Hauser mengungkapkan bahwa 'pasar' yang bergelut di bidang penunjang kesehatan berhasil meraup sekitar 4,2 triliun dolar AS menurut Global Wellness Institute. Namun terlepas dari banyaknya uang yang digelontorkan masyarakat untuk menunjang kesehatan, tak banyak perubahan berarti yang ditemukan.

Terkait tidur misalnya, statistik menunjukkan bahwa kualitas tidur kebanyakan orang tidak menunjukkan perbaikan meski sudah banyak uang yang diinvestasikan untuk menjaga kesehatan. Masih cukup banyak orang yang jumlah tidurnya masih di bawah rekomendasi tujuh jam untuk orang dewasa.

Padahal, kurang tidur dapat memicu timbulnya beragam masalah baru mulai dari performa yang menurun, peningkatan gangguan kecemasan hingga timbulnya diabetes maupun tekanan darah tinggi. Rasa kantuk akibat kurang tidur pada pengemudi juga dapat meningkatkan risiko kecelakaan.

Ironisnya, masyarakat yang rela menggelontorkan banyak uang untuk berinvestasi pada kesehatan justru melakukan beberapa hal yang memicu masalah kurang tidur. Sebagai contoh, saat ini ada semakin banyak orang terutama dari kelompok millenial yang menjadi peminum kopi. Padahal menghindari konsumsi kafein merupakan salah satu cara murah bahkan 'gratis' untuk menurunkan masalah gangguan tidur.

Berbicara mengenai investasi kesehatan melalui makanan, cukup banyak juga orang yang rela mengeluarkan uang demi membeli jus cleanser, peralatan makan hingga membeli aplikasi penghitung kalori. Dari kacamata investasi, cara seperti ini sama tidak akan lulus tes Return on Investment karena biaya yang dikeluarkan lebih banyak dari manfaat yang akan didapatkan.

"Ada beberapa aktivitas yang dapat membantu Anda menyimpan lebih banyak uang (untuk manfaat kesehatan yang lebih besar)," papar Hauser.

Sebagai contoh, masyarakat bisa mendapatkan manfaat kesehatan hanya dengan melakukan olahraga berintensitas sedang secara rutin sebanyak lima hari per minggu dengan durasi 30 menit per hari. Salah satu olahraga yang bisa dilakukan adalah jalan kaki. Cara ini, lanjut Hauser, dapat membantu orang untuk menghemat hingga 2.500 dolar AS per tahun terkait urusan kesehatan.

"Orang-orang yang berolahraga mendapatkan gaji 9 persen lebih tinggi dibandingkan rekan (yang tak berolahraga)," ungkap Hauser mengutip sebuah penelitian.

Pada dasarnya, mengeluarkan uang untuk menunjang kesehatan bukan hal yang buruk. Akan tetapi akan lebih baik bila uang yang dikeluarkan tepat sasaran dan tepat guna.

Hauser mengatakan tak ada salahnya untuk menginvestasikan kesehatan dengan cara yang lebih cerdas dan tidak boros. Dengan begitu, masyarakat akan lebih mungkin mendapatkan hasil yang positif dan nyata.

"Coba lakukan pendekatan (dalam menjaga kesehatan) dengan cara yang sama seperti yang Anda lakukan dalam berinvestasi," tukas Hauser. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement