Selasa 09 Sep 2025 17:40 WIB

Ahli Olahraga Ingatkan Jangan Abaikan Nyeri Dada Saat Lari

Seseorang perlu memperhatikan kesiapan diri sebelum memulai olahraga lari.

Peserta berlari saat mengikuti LPS Monas Half Marathon 2024 di Jakarta, Ahad (30/6/2024). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kembali menggelar  kegiatan Monas Half Marathon 2024. Sebanyak 5.000 pelari yang terdiri dari 180 pelari elit dari  21 negara turut mengikuti LPS Monas Half Marathon 2024 dengan menempuh jarak sejauh 21 Kilometer, mulai dari Silang Barat Daya Monas hingga Kompleks Gelora Bung Karno (GBK). Kegiatan ini juga diharapkan dapat mendorong prestasi atlet lari Indonesia bersaing dengan atlet-atlet internasional atau bahkan bisa mencetak rekor baru.
Foto: Republika/Prayogi
Peserta berlari saat mengikuti LPS Monas Half Marathon 2024 di Jakarta, Ahad (30/6/2024). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kembali menggelar kegiatan Monas Half Marathon 2024. Sebanyak 5.000 pelari yang terdiri dari 180 pelari elit dari 21 negara turut mengikuti LPS Monas Half Marathon 2024 dengan menempuh jarak sejauh 21 Kilometer, mulai dari Silang Barat Daya Monas hingga Kompleks Gelora Bung Karno (GBK). Kegiatan ini juga diharapkan dapat mendorong prestasi atlet lari Indonesia bersaing dengan atlet-atlet internasional atau bahkan bisa mencetak rekor baru.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Dokter Subspesialis Kedokteran Olahraga RS Universitas Indonesia (RSUI), Dr Listya Tresnanti Mirtha mengingatkan masyarakat agar mewaspadai nyeri dada yang muncul saat melakukan aktivitas fisik seperti berlari. Hentikan aktivitas jika merasakan ada yang tidak beres pada tubuh.

“Kalau ada nyeri dada ketika berolahraga, nomor satu ditunda dulu untuk dipastikan. Apakah nyeri ini ada kaitannya dengan gangguan jantung atau karena kurangnya persiapan,” kata Listya dalam diskusi kesehatan tentang persiapan olahraga lari di Jakarta, Selasa (9/9/2025).

Baca Juga

Ia menjelaskan, nyeri dada bisa disebabkan kurangnya pemanasan sebelum olahraga. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, disarankan berhenti sejenak dan mengamati keluhan tersebut.

Jika saat berhenti nyeri berangsur hilang, kemungkinan bukan karena penyakit jantung. Namun, jika nyeri terus berulang, sebaiknya tidak dibiarkan dan segera memeriksakan diri.

“Tapi juga jangan terlalu parno, karena sering kali kurang pemanasan dan latihan berlebihan tanpa tahapan yang benar juga bisa menyebabkan nyeri dada,” ujarnya.

Listya menambahkan, karakteristik nyeri dada yang harus diwaspadai adalah ketika berlari dada terasa sesak disertai sakit kepala. Ia mengingatkan agar tidak langsung berhenti, melainkan menurunkan kecepatan lebih dulu atau berjalan.

Selain itu, ia mengimbau masyarakat memperhatikan kesiapan diri sebelum memulai olahraga lari, tidak memaksakan diri mengikuti pencapaian orang lain, atau sekadar takut tertinggal tren (fear of missing out/FOMO).

WHO merekomendasikan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu, seperti berjalan, yang jauh lebih baik daripada tidak bergerak sama sekali.

“FOMO itu boleh, tapi kita harus mengukur sejujur-jujurnya, dan tidak boleh pasang target seperti orang lain. Target kita harus sesuai dengan kondisi kita, jadi tidak boleh malu,” kata Listya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement