REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Dokter Subspesialis Kedokteran Olahraga RS Universitas Indonesia (RSUI), Dr Listya Tresnanti Mirtha mengingatkan masyarakat agar mewaspadai nyeri dada yang muncul saat melakukan aktivitas fisik seperti berlari. Hentikan aktivitas jika merasakan ada yang tidak beres pada tubuh.
“Kalau ada nyeri dada ketika berolahraga, nomor satu ditunda dulu untuk dipastikan. Apakah nyeri ini ada kaitannya dengan gangguan jantung atau karena kurangnya persiapan,” kata Listya dalam diskusi kesehatan tentang persiapan olahraga lari di Jakarta, Selasa (9/9/2025).
Ia menjelaskan, nyeri dada bisa disebabkan kurangnya pemanasan sebelum olahraga. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, disarankan berhenti sejenak dan mengamati keluhan tersebut.
Jika saat berhenti nyeri berangsur hilang, kemungkinan bukan karena penyakit jantung. Namun, jika nyeri terus berulang, sebaiknya tidak dibiarkan dan segera memeriksakan diri.
“Tapi juga jangan terlalu parno, karena sering kali kurang pemanasan dan latihan berlebihan tanpa tahapan yang benar juga bisa menyebabkan nyeri dada,” ujarnya.
Listya menambahkan, karakteristik nyeri dada yang harus diwaspadai adalah ketika berlari dada terasa sesak disertai sakit kepala. Ia mengingatkan agar tidak langsung berhenti, melainkan menurunkan kecepatan lebih dulu atau berjalan.
Selain itu, ia mengimbau masyarakat memperhatikan kesiapan diri sebelum memulai olahraga lari, tidak memaksakan diri mengikuti pencapaian orang lain, atau sekadar takut tertinggal tren (fear of missing out/FOMO).
WHO merekomendasikan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu, seperti berjalan, yang jauh lebih baik daripada tidak bergerak sama sekali.
“FOMO itu boleh, tapi kita harus mengukur sejujur-jujurnya, dan tidak boleh pasang target seperti orang lain. Target kita harus sesuai dengan kondisi kita, jadi tidak boleh malu,” kata Listya.