Sabtu 12 Jan 2019 04:15 WIB

Tidak Punya Uang Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Pendapatan yang tidak stabil pengaruhi risiko kesehatan jantung.

Penyakit jantung/ilustrasi
Foto: Wikipedia
Penyakit jantung/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak punya uang alias bokek bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Bahkan pada orang-orang yang usianya masih muda, demikian penemuan para peneliti di jurnal Circulation.

Studi mengumpulkan data dari 4.000 orang selama 15 tahun, saat mereka berusia 23 tahun hingga 35 tahun. Mereka ditanya berapa gaji yang diperoleh saat studi dimulai dan empat kali setelah itu. Catatan medis jantung mereka juga dianalisa.

Selama periode studi, para peneliti menemukan dua orang yang mengalami pendapatan yang berubah-ubah. Sebagian besar terdiri dari penurunan pendapatan. Mereka memiliki risiko lebih dari dua kali lipat mengalami masalah jantung dan hampir dua kali lipat risiko kematian dini, dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendapatan lebih stabil.

Sebagian besar ketidakstabilan pendapatan dihasilkan dari periode pengangguran atau penurunan gaji setelah berganti pekerjaan. Para peneliti juga berfokus pada orang-orang yang pendapatannya berkurang 25 persen atau lebih dikaitkan dengan risiko peristiwa jantung seperti serangan jantung, strok dan gagal jantung, serta kematian dini yang lebih besar.

Ukuran efeknya mengejutkan para ilmuwan. "Kami berasumsi bahwa penurunan pendapatan atau perubahan gaji yang sering mungkin tidak baik untuk kesehatan, mengingat ini dianggap sebagai peristiwa yang membuat stres. Tetapi kami terkejut dengan besarnya efek yang kami lihat, karena kami melihat populasi yang relatif muda," kata Tali Elfassy, asisten profesor epidemiologi di departemen ilmu kesehatan masyarakat di University of Miami, dan salah satu rekan studi tersebut.

Penurunan pendapatan tampaknya memiliki efek yang sangat nyata pada penyakit jantung dan kematian. Orang yang mengalami lebih dari dua kali penurunan pendapatan selama periode penelitian memiliki risiko 2,5 kali lebih besar mengalami penyakit jantung dan hampir dua kali lipat risiko kematian dibandingkan dengan orang yang pendapatannya lebih stabil.

Meski penelitian ini tidak dirancang untuk mengeksplorasi apa yang mendorong hubungan antara perubahan pendapatan dan peristiwa jantung. Penelitian sebelumnya membangun hubungan yang kuat antara stres yang dapat dipicu oleh perubahan pendapatan dan efek buruk pada jantung.

Peristiwa stres dapat berkontribusi pada obesitas, yang merupakan faktor risiko penyakit jantung, serta tekanan darah tinggi.

Penghasilan rendah juga dapat memainkan peran independen. Memiliki status sosial ekonomi yang lebih rendah juga telah dikaitkan dengan kesehatan jantung yang lebih buruk, karena orang-orang dengan pendapatan rendah atau tidak stabil cenderung lebih banyak merokok, jarang berolahraga dan lebih jarang mengunjungi dokter, yang semuanya dapat menambah risiko masalah jantung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dari segala usia harus lebih memperhatikan faktor-faktor non-medis, seperti pendapatan, saat membahas soalkesehatan mereka, kata Elfassy.

"Jelas, bahkan di antara populasi yang lebih muda, pendapatan sangat penting," katanya. "Perubahan pendapatan bisa menjadi peristiwa besar dalam kehidupan. Sering kali kita berpikir bahwa populasi yang lebih tua rentan terhadap perubahan ini, tetapi populasi yang lebih muda tentu juga rentan terhadap tekanan keuangan semacam ini."

Para dokter juga sebaiknya bertanya kepada pasien mereka tentang peristiwa besar kehidupan yang bisa menjadi sumber stres. Termasuk perubahan status ekonomi.

"Masuk akal bagi dokter untuk menanyakan apakah ada trauma baru-baru ini yang terjadi pada pasien mereka," kata Elfassy. Sehingga pasien dapat dirujuk untuk mencari konseling kesehatan mental atau memberi mereka kata-kata positif sebagai penegasan.

Karena penghasilan sering tidak berada dalam kendali orang, fokus pada mengatasi stres bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan jantung. Menemukan mekanisme mengatasi masalah termasuk berolahraga atau berjalan-jalan rutin setiap hari, dapat membantu, seperti halnya menemukan jaringan dukungan sosial untuk mengurangi tekanan dari pendapatan yang berfluktuasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement