Kamis 10 Jan 2019 00:03 WIB

Waspada Tren Pemerasan Seksual Anak di Dunia Maya

Orang tua diharapkan menjalin komunikasi dan mengecek isi ponsel anak.

Pelecehan seksual anak (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pelecehan seksual anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pornografi dan Kejahatan Siber Putu Elvina mengatakan saat ini para orang tua harus mewaspadai tren kejahatan sextortion cyber crime atau kejahatan pemerasan yang menyasar anak-anak sebagai korban dengan cara memancing kedekatan secara seksual.

"Kejahatan berbasis sextortion cyber mulai tren ya," kata Putu Elvina saat dihubungi, Rabu (9/1).

Kejahatan ini dilakukan dengan membuat anak yang menjadi korban menjalin hubungan di media sosial dengan orang dewasa. Orang dewasa ini sama sekali belum pernah ditemui anak. Pelaku membuat hubungannya dengan korban sangat dekat layaknya orang yang sedang menjalin asmara.

Ketika hubungan sudah terjalin akrab, maka pelaku yang merupakan pria dewasa biasanya meminta foto tanpa busana kepada korban. Pelaku memancing dengan mengirimkan terlebih dulu foto dia.

"Awalnya yang dewasa kirim dulu. Nanti kan bilang saya sudah kirim, kamu juga dong," kata dia.

Setelah korban mengirim foto tanpa busana, kemudian pelaku mulai memeras korban dengan meminta kuota internet, pulsa telepon hingga uang. Jika tidak dituruti, pelaku kemudian mengancam akan menyebarkan foto bugil korban.

"Kalau anak ini mulai menghindar, si pelaku menyebarkan gambar si anak ke teman Facebook, Instagram, kemudian (teman korban) jadi pada tahu," kata dia.

Karena gambar tanpa busana milik korban itu sudah menyebar ke lingkungan teman-teman korban, sekolah akhirnya meminta korban keluar dari sekolah. Adanya tren kejahatan ini, Putu meminta para orang tua agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak dalam menggunakan ponsel pintar.

Pada awal tahun ini, Putu mengatakan KPAI sudah mendapat laporan tentang kasus ini. "Di tahun ini ada laporan anak yang sudah pindah sekolah, tapi pelaku tetap mengejar," ujar dia.

Untuk itu, ia berharap orang tua senantiasa mengecek isi data ponsel milik anak. "Kalau komunikasi anak dan orang tua bagus, anak akan cerita dia di medsos ngapain aja. Kemudian ponsel anak jangan diberi kata sandi, jadi suatu saat ponsel bisa dicek," kata Putu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement