Senin 31 Dec 2018 09:18 WIB

Cholidi Asadil Alam Tolak Tawaran Film tak Islami

Cholidi memilih berdakwah di dunia hiburan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Aktor film dan aktivis dakwah, Cholidi Asadil Alam
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Aktor film dan aktivis dakwah, Cholidi Asadil Alam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebanyakan aktor pasti akan tertarik jika ditawari bermain film dengan bayaran tinggi, apalagi menjadi pemeran utama. Namun, tidak begitu dengan aktor yang terkenal lewat film Ketika Cinta Bertasbih (KCB), Cholidi Asadil Alam.

Setelah KCB tayang pada 2009, banyak sekali tawaran yang datang kepada Cholidi, baik menjadi pemeran utama maupun bintang iklan rokok. Namun, Cholidi menolaknya lantaran film yang ditawarkan tidak sesuai dengan syariat Islam.

Cholidi pun bercerita saat menolak tawaran bermain film dengan bayaran ratusan juta dalam waktu yang cukup singkat. Menurut Cholidi, sutradara dari film itu sangat ambisius membujuk dirinya bermain di film tersebut.

Awalnya sutradara itu menawarkan bayaran sebesar Rp 150 juta kepada Cholidi. Kemudian, Cholidi mencoba mengetes sutradara tersebut dengan meminta bayaran lebih tinggi sebesar Rp 200 juta. Tak disangka, ternyata sutradara itu pun menyanggupinya.

Cholidi pun penasaran tentang isi cerita dari film yang ditawarkan itu sehingga dia pun meminta penjelasan tentang isi cerita film itu. Ternyata dalam cerita film tersebut akan ada adegan-adegan yang tidak islami, seperti berpegangan tangan dengan lawan jenis.

Cholidi pun dengan tegas menolak tawaran itu. Padahal, Cholidi hanya perlu melakukan shooting selama 20 hari dan akan dibayar Rp 200 juta.

"Saya lihat filmnya tidak baik, tidak islami. Akhirnya saya tolak. Itu saya sering mengalami itu, tidak hanya satu dua kali," ujar Cholidi saat bersilaturahim ke Kantor Republika, Warung Buncit 36, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Choli pun menjelaskan tentang prinsipnya kepada sutradara itu dirinya tidak ingin ada adegan berpegangan tangan di setiap film yang dimainkannya. Karena itu, di film KCB pun tidak ada adegan Cholidi yang bersentuhan langsung dengan seorang perempuan.

"Yang pertama saya tidak ingin adegan berpegangan tangan. KCB pun saya pakai pemeran pengganti waktu memeluk ibu saya di KCB (Niniek L Karim)," kata Cholidi.

Akhirnya, sutradara itu pun menyerah. Selain ditawari film dengan bayaran Rp 200 juta itu, Cholidi juga sempat mendapatkan tawaran bermain film komedi. Tapi, ternyata film tersebut juga akan banyak menampilkan perempuan dengan pakaian terbuka, sehingga dia pun menolaknya.

"Saya sering mengalami hal seperti ini. Ini ujian saya dakwah di dunia entertainment seperti ini," ucapnya.

Bagi Cholidi, popularitas memang bukan segalanya. Karena, menurut dia, popularitas itu tidak abadi. Karena itu, dia tak ragu untuk menolak tawaran bermain film yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

"Saya berpikir mungkin saya bisa lebih ngetop dari sekarang kalau saya ambil semua tawaran itu. Cuma nggak ada yang abadi, apalagi di dunia showbiz, dunia pertunjukan, dunia industri. Nggak ada yang selamanya," katanya.

Selain itu, Cholidi juga pernah ditawari menjadi bintang iklan rokok. Karena itu, dia pun mulai merasa heran akan banyaknya tawaran yang seakan-akan ingin mengujinya tersebut. 

"Saya juga pernah ditawari iklan rokok dua kali berturut-turut nilainya ratusan juta juga. Saya juga bingung, ada apa dengan saya kenapa saya yang ditawari bukan orang lain," katanya.

Akhirnya dia juga menolak tawaran tersebut. "Tapi saya berpikir, kalau saya ambil iklan rokok itu, saya seakan-akan jadi kayak kampanye rokok. Makanya saya tolak," ujar pria kelahiran 30 Maret 1989 ini.

Cholidi memang lahir dari kalangan pesantren. Dia adalah cucu dari KH Dhofir Ali di Pondok Pesantren Al Mas'udi Sukorejo, Pasuruan. Namun, dia memilih berdakwah lewat dunia hiburan dan mengisi pengajian di berbagai daerah, bahkan hingga ke beberapa negara tetangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement