Senin 17 Dec 2018 09:08 WIB

Jangan Abaikan Rasa Bosan pada Ibu Baru!

Ibu sering lelah dan lesu saat mengasuh bayinya.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Ibu dan bayinya.
Foto: Pixabay
Ibu dan bayinya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan riset the Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat, satu dari sembilan wanita mengalami depresi sebelum, selama, atau setelah kehamilan. Keluarga dan orang-orang sekitar penting untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang muncul, salah satunya rasa bosan.

Proses mengandung, melahirkan, dan menjadi ibu membuat siklus hormonal wanita naik turun seperti roller coaster. Kadar estrogen dan progesteron sangat fluktuatif yang menyebabkan di satu sisi si ibu bisa bahagia, namun tak berapa lama bisa mengalami 'baby blues'.

Mengapa rasa bosan pada ibu baru bisa mengarah pada kondisi lebih serius, seperti depresi? Ibu tiba-tiba kehilangan kesenangan melakukan tugas sehari-hari yang berhubungan dengan bayinya.

Mereka sering lelah, lesu saat mengasuh bayinya, bahkan ada yang benci dan melarikan diri dari rutinitas tersebut. Psikoanalis dan penulis buku Being There: Why Prioritizing Motherhood in the First Three Years Matters, Erica Komisar mengatakan depresi pascamelahirkan bukan hanya tanggung jawab ibu, melainkan juga keluarga, profesional kesehatan, spesialis laktasi, psikoterapis atau doula yang membantu pemulihan.

Ibu yang bosan sebaiknya menemukan kegiatan menarik bersama bayinya. "Rasa bosan juga menunjukkan tingkat oksitoksin atau hormon kebahagiaan lebih rendah," kata Komisar, dilansir di Essential Baby, Senin (17/12).

Hormon oksitoksin diproduksi otak ibu saat mereka pertama kali melahirkan, awal menyusui, dan mengasuh anak. Hormon ini membuat ibu lebih peka, empati, dan mengiringi perkembangan anaknya.

Ibu yang bosan perlu didorong sering melakukan kontak fisik (skin to skin) dan kontak mata (eye to eye) dengan buah hatinya. Ini untuk merangsang produksi dan pelepasan hormon oksitoksin lebih banyak.

Depresi pascamelahirkan bisa disembukankan dengan mengantisipasi gejala awal yang muncul dan menanganinya dengan tepat. Demi kebaikan ibu dan anak, ibu perlu belajar mendiskusikan masalah ini secara terbuka dan jujur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement