REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin berpikir bahwa kebiasaan merokok hanya berdampak pada saluran pernapasan. Padahal, kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko masalah pada organ-organ tubuh lain salah satunya kanker usus besar.
"Rokok kan dihisap masuk ke paru-paru, kok sampai ke usus besar?" ujar Dekan Fakultas Kedokteran UI (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM FACP mengawali penjelasannya dalam Seminar Awam di FKUI Salemba, Kamis (6/12).
Merokok memang lebih melibatkan organ-organ di saluran pernapasan. Namun satu hal yang jarang masyarakat sadari adalah asap rokok juga bisa tertelan dan masuk ke dalam saluran pencernaan.
"Itulah kenapa orang yang merokok itu risikonya mulai dari kanker lidah, kanker esofagus, kanker lambung sampai kanker usus besar," lanjut Ari.
Ari menambahkan, risiko ini bukan hanya dihadapi oleh para perokok aktif. Para perokok pasif pun memiliki kemungkinan untuk tidak sengaja menelan asap rokok yang dihembuskan perokok aktif.
"Apapun penyakitnya, risiko pada perokok aktif dan pasif itu sama," terang Ari.
Perokok pasif dapat sangat dirugikan akibat paparan asap rokok dari perokok pasif yang mungkin ada di lingkugan kerja atau bahkan rumah. Oleh karena itu, perokok pasif sebaiknya tidak ragu untuk menegur orang yang merokok di dekatnya.
"Tidak apa-apa cerewet," tutur Ari.
Di sisi lain, Ari juga menyayangkan bahwa perokok di Indonesia masih bisa merokok di sembarang tempat, bahkan di area yang sudah jelas dilarang merokok. Ari menilai aturan tentang merokok yang mungkin sudah ada perlu ditegakkan dengan lebih baik.