REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis geopolitik dan olahraga asal Prancis, Arnaud Amouroux mengatakan bidang olahraga dapat membawa perubahan positif bagi sebuah bangsa, terutama dalam bidang sosial.
"Dunia olahraga dapat menjadi katalisator untuk perubahan sosial ke arah yang lebih baik," kata Arnaud dalam acara seminar bertajuk "Olahraga dan Hubungan Internasional" di Auditorium Institut Prancis di Indonesia (IFI) di Jakarta, Senin (3/12).
Menurut Arnaud, selain mempromosikan kesehatan jasmani, masih banyak manfaat lain dari olahraga yang dapat membawa dampak positif bagi masyarakat. "Olahraga dapat digunakan sebagai platform untuk membantu perkembangan rasa saling menghormati, menumbuhkan toleransi, bahkan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan," katanya.
Sifat universal dari olahraga membuatnya dapat menembus batasan dan perbedaan, baik dari segi tradisi, budaya, bahkan bahasa. Selain itu, olahraga juga dapat dipraktikkan oleh seluruh unsur atau elemen masyarakat yang bentuk dari mulai liga olahraga elite dunia, sampai kejuaraan dalam komunitas lokal, hal itu dapat membawa orang berkumpul bersama tanpa memperdulikan perbedaan.
"Olahraga tidak dilihat sebagai sesuatu yang bersifat mengancam sehingga orang tidak akan ragu untuk turut berpartisipasi," katanya.
Bahkan, organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengakui olahraga sebagai alat mendorong perkembangan di masyarakat. "Oleh karena itu, PBB telah menetapkan 6 April sebagai Hari Olahraga untuk Perkembangan dan Sosial (International Day of Sport for Development and Peace)," ungkapnya.
Sektor itu juga dianggap memiliki peran dalam usaha untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (UN Sustainable Development Goals/ SDGs), terutama nomor 3 (Kehidupan sehat dan sejahtera), 4 (Pendidikan berkualitas), 5 (Kesetaraan Gender), 8 (Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), dan 16 (Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh).
Seminar Olahraga dan Hubungan Internasional digelar di Jakarta dengan menampilkan tiga pembicara asal Prancis, yakni analis geopolitik dan olahraga Arnaud Amouroux dan Cyrille Bret, serta ahli masalah politik dan keamanan Asia Barthelemy Courmont.