REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda laki-laki yang mengalami sulit buang air kecil? Perasaan ingin buang air kecil namun tidak ada yang keluar. Atau sering bolak balik kamar mandi karena buang air kecil sedikit-sedikit.
Gejala ini dapat terjadi akibat membesarnya kelenjar prostat di sekitar saluran kemih karena ada tumor di dalamnya. Sehingga mengganggu proses buang air kecil. Tidak hanya itu, gangguan pada prostat juga mengganggu proses ejakulasi.
Kelenjar prostat akan makin besar seiring bertambahnya usia seseorang. Karena itu, deteksi dini diperlukan untuk membedakan apakah hanya pembesaran prostat ataukah kanker prostat. Kanker prostat hanya dialami laki-laki.
Spesialis Bedah dari RSCM Kencana, dr Agus Rizal AH Hamid, SpU, PhD menekankan pentingnya deteksi dini. Pemeriksaan dini bisa dimulai sejak usia 40 tahunan. Kanker prostat memang kebanyakan menyerang pria di atas 50 tahun. Kanker prostat namun memiliki tahapan, jadi bisa diketahui gejalanya dari keluhan terkecil.
"Di negara-negara maju, seperti Amerika, Australia, Singapura cukup tinggi. Eropa juga, kalau di Indonesia, masih tidak tinggi, tapi kenapa ada? Karena masalah deketksi dini," kata Rizal di Jakarta.
Memang, kata dia, keluhan di area organ reproduksi laki-laki tidak semua mengarah pada kanker prostat. Bisa jadi karena ada peradangan atau pembesaran prostat.
Pembesaran prostat jinak merupakan kondisi pertumbuhan kelenjar prostat yang berlebihan. Penyebabnya, selain karena pertumbuhan usia juga karena berfungsinya sel leydig pada testis sebagai penghasil hormon androgen utama, yaitu testosteron.
Perubahan testosteron menjadi dehidrostestosteron (DHT) di dalam sel prostat adalah faktor pemicu masuknya DHT ke dalam inti sel prostat yang dapat menyebabkan inskripsi pada RNA, sehingga terjadi pembentukan protein yang menyebabkan sel prostat bertambah banyak. Gejala yang sering diperlihatkan adalah pancaran kencing yang lemah. Sedangkan peradangan prostat yang disebut prostatitis disebabkan infeksi bakteri.
"Tapi kanker ini lima besar di Indonesia. Kita sarankan deteksi dini, walaupun kebanyakan usia 50 tahun, apalagi kalau punya riwayat keluarga," ujar dr. Rizal.