REPUBLIKA.CO.ID, GRASSE -- Teknik pembuatan parfum yang digunakan di Grasse, Prancis Selatan mendapatkan pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hal ini meningkatkan tawaran industri lokal terhadap lebih banyak petani spesialis bunga dan tanaman wangi lainnya.
Lembaga budaya PBB, UNESCO mengatakan telah menambahkan keterampilan terkait menanam bunga dan memadukan wewangian di Grasse ke daftar warisan yang dilindungi. Seperti yang dilansir di Malay Mail, Kamis (29/11), Grasse masih dianggap sebagai salah satu pusat wewangian paling bergengsi di dunia.
Tetapi jumlah produsen minyak wangi berkurang. Beberapa bisnis telah bergeser ke Tunisia atau Maroko karena biaya produksi lebih rendah.
Kini sekitar 30 hektare lahan didedikasikan untuk mengejar bisnis tersebut. Dewan Kota Grasse mengatakan telah mengubah 70 hektare ladang untuk pengembangan perkotaan potensial menjadi zona pertanian untuk mendorong petani mendirikan toko.
Menurut senator lokal Jean-Pierre Leleux, sejumlah pengusaha muda yang mencoba dunia pertanian bunga telah membantu merevitaalisasi salah satu spesialisasi industri yang paling terancam dalam beberapa tahun terakhir. “Tetapi masih jauh dari apa yang ada di masa kejayaannya,” kata Leleux.
Pada abad ke-16, industri lokal berbasis bunga di Prancis bergeser menjadi industri wewangian. Produk-produk ini masih didambakan oleh perusahaan mewah besar, seperti Chanel atau LVMH.
Beberapa petani lokal mengatakan merek besar Prancis semakin mencari produsen untuk menandatangani kontrak eksklusif seluruh panen dan memastikan pasokan bahan baku mereka. Pihak berwenang di wilayah tersebut juga mencari dan menyiapkan kursus formal untuk mendorong pertanian atau memadukan keterampilan warisan keluarga.