Rabu 21 Nov 2018 08:45 WIB

Metode Kontrasepsi Berbahaya yang Masih Digunakan (1)

Merebus soda dan aspirin menjadi praktik kontrasepsi di Angola.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Minuman soda menjadi salah satu 'obat' yang dipercaya bisa mencegah kehamilan.
Foto: flickr
Minuman soda menjadi salah satu 'obat' yang dipercaya bisa mencegah kehamilan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak negara, tak terkecuali Indonesia cukup beruntung karena memiliki berbagai pilihana alat kontrasepsi modern, mulai dari pil, implan, IUD, kondom, dan lainnya. Opsi-opsi ini sudah melalui penelitian ilmiah sehingga aman digunakan.

Namun, di belahan dunia lain, metode kontrasepsi berbeda sering diterapkan. Kebanyakan ini berdasar pada mitos atau informasi tak akurat yang pada akhirnya membahayakan pasangan, khususnya wanita yang menggunakannya.

Lembaga PBB, The United Nations Population Fund (UNFPA) mendata setidaknya delapan metode kontrasepsi berbahaya yang masih diterapkan wanita di negara-negara yang minim alat kontrasepsi sampai saat ini, dilansir dari Cosmopolitan, Rabu (21/11).

Cuka sari apel

Di Republik Moldova, perempuan kerap mengoleskan cuka sari apel ke vagina setelah berhubungan seksual. Mereka percaya keasaman cuka akan membunuh sperma dan akhirnya mencegah kehamilan.

Ginekolog Moldova, Ludmila Bologan terkejut mendengar pengakuan tersebut dari salah seorang perempuan dalam sesi pelatihan Keluarga Berencana (KB). Mereka menilai cuka sari apel metode kontrasepsi terbaik, alami, dan hemat biaya. Pada kenyataannya, mengoleskan atau memasukkan cuka sari apel ke permukaan vagina dapat mengiritiasi lendir vagina dan meningkatkan risiko infeksi.

Busa sabun

Di pedesaan Myanmar, perempuan umum mencuci vagina dengan air penuh busa sabun setelah berhubungan seksual. Mereka percaya ini akan memancing sperma keluar kembali dari saluran vagina. Sayangnya ini tak mungkin terjadi berdasarkan riset kesehatan.

Selain tidak efektif, mencuci vagina dengan sabun terlalu banyak dapat mengubah keasaman vagina dan akhirnya mengiritasinya. Ini juga meningkatkan risiko infeksi, termasuk infeksi menular seksual, infeksi saluran kemih, infeksi bakteri, virus, dan jamur.

Cairan antiseptik

Dettol dan antiseptik lainnya digunakan mencuci areal genital perempuan di Sri Lanka. Banyak yang percaya disinfektan efektif membunuh kuman dan bakteri berbahaya, yang berarti juga efektif membunuh sperma dan mencegah penularan penyakit menular seksual.

Profesor Obstetri Dan Ginekologi di Universitas Kolombo, Hemantha Senanayake mengatakan hal itu tak mungkin. Ini karena sperma yang masuk ke vagina menempel dengan cepat ke lendir yang disekresikan serviks atau leher rahim.

Sperma akan langsung bergerak jauh ke dalam serviks. Tidak ada satu pun antiseptik yang dimasukkan ke dalam vagina bisa mengeluarkannya. Memasukkan disinfektan ke area genital justru mengiritasi kulit, sehingga praktik ini tak disarankan.

Coca cola dan aspirin

Di Angola, praktik ini dilakukan sejak 1990-an dan masih lazim sampai kalangan anak muda zaman sekarang. Mereka minum coca cola dicampur aspirin setelah berhubungan seksual untuk mencegah kehamilan. UNFPA bahkan menemukan beberapa pasangan bahkan merebus kembali coca cola dan aspirin sebelum meminumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement