Selasa 20 Nov 2018 15:10 WIB

Deodoran Kristal Efektif Hilangkan Bau, Benarkah?

Deodoran alami berbahan garam mineral populer sejak tahun 1980-an.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Indira Rezkisari
Kristal.
Foto: Max Pixels
Kristal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya tren gaya hidup sehat membuat banyak orang beralih memilih bahan-bahan alami. Pemilihan bahan alami itu diterapkan untuk makanan maupun perawatan tubuh, termasuk untuk deodoran.

Dilansir dari Healthline, deodoran alami yang populer adalah deodoran kristal. Deodoran ini mengandung garam mineral yang disebut juga dengan potassium alum. Telah digunakan selama berabad-abad di Asia Tenggara, deodoran alami ini sering menjadi alternatif penghilang bau ketiak dan mulai populer di Barat pada 1980-an.

Salah satu merek deodoran alami yang paling terkenal adalah Crystal. Deodorant alami ini mulai dikenal di dunia Barat sejak pemilik label Crystal, Jerry Rosenblatt, melakukan perjalanan ke Prancis pada 1984 dan menemukan garam mineral yang membersihkan air.

Rosenblatt berpikit bahwa garam tersebut dapat digunakan sebagai penghilang bau yang bersifat hypoallergenic dan alami. Lalu dia mengimpor dan mengemasnya menjadi deodoran kristal. Deodoran ini kini bisa dijual dalam berbagai bentuk mulai dari roll-on, stik dan spray.

Ketika diaplikasikan ke kulit yang bersih, garam mineral pada deodoran kristal mencegah pertumbuhan bakteri penyebab bau. Meski demikian, penggunaan deodorant kristal ini bukan berarti membuat penggunanya terbebas dari keringat. 

Salah satu alasan besar orang mau beralih ke deodorant kristal yaitu karena mereka menilai deodoran yang umum beredar di pasaran berdampak buruk untuk kesehatan. Aluminium serta bahan kimia lainnya yang terkandung di dalam deodoran tersebut dapat meningkatkan hormon yang berkaitan dengan kanker, termasuk kanker payudara.

"Pada payudara terdapat jaringan yang sensitif terhadap estrogen. Yang dikhawatirkan dari penggunaan doedoran berbahan kimia adalah kandungan parabennya dapat menutupi jaringan itu setiap hari. Ini bisa memicu pertumbuhan sel kanker," kata seorang ahli biologi bernama Heather Patisaul.

Meski demikian, ada juga yang menentang anggapan itu. "Secara personal, saya memiliki sejarah keluarga yang terkena kanker payudara dan saya menggunakan antiperspirant tradisional. Saya tidak melihat adanya fakta data yang membenarkan anggapan itu. Saya juga pakai produk yang alami dan efektivitasnya tidak bisa diperkirakan," kata Erum Ilyas MD, MBE, FAAD.

Walaupun begitu, Shilpi Agarwal MD tetap menganjurkan untuk menghilangkan bau ketika cukup menggunakan deodoran kristal saja. Meskipun risikonya penggunaan deodorant ini tidak bisa mengatasi produksi keringat berlebih, setidaknya ini jauh lebih baik daripada ditambah dengan penggunaan antiperspirant yang bisa menyisakan aluminium di kulit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement