Selasa 13 Nov 2018 03:15 WIB

BTS Didesak Minta Maaf kepada Korban Bom Atom Jepang

Pada awal 2015 BTS pernah dikecam karena simbol Nazi

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nidia Zuraya
Kelompok musik Korea BTS, dengan RM berdiri di podium.
Foto: EPA
Kelompok musik Korea BTS, dengan RM berdiri di podium.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Grup penyanyi pria asal Korea Selatan, Bangtan Boys atau BTS, didesak minta maaf kepada korban bom atom Jepang. Pemicunya adalah kaus yang dikenakan salah satu personel, Jimin, yang seolah merayakan insiden bom atom Hiroshima dan Nagasaki.

Sikap kurang bijaksana yang ditunjukkan BTS menuai protes keras dari Simon Wiesenthal Center. Organisasi hak asasi manusia milik penganut Yahudi dan berbasis di Los Angeles, AS, itu menganggap BTS kerap tidak peka terhadap sekelilingnya.

Baca Juga

"Memakai T-shirt seperti itu di Jepang sangat melukai hati para korban. Sudah kesekian kalinya grup musik ini mengolok-olok sejarah," kata Rabbi Abraham Cooper, salah satu pimpinan di organisasi tersebut.

Spesifiknya, kaus Jimin menampilkan slogan yang merayakan pembebasan Korea dari pemerintah kolonial Jepang pada Agustus 1945. Kata-kata itu disertai gambar awan jamur akibat ledakan bom atom yang dijatuhkan AS di Hiroshima dan Nagasaki.

Kasus itu membuat jaringan televisi Jepang, Asahi, membatalkan penampilan BTS di acara "Music Station" andalannya. Boyband Korsel yang dianggap terbesar di dunia telah meminta maaf kepada penggemar Jepang, tetapi tidak menyinggung soal kaus.

Cooper mengingatkan kasus BTS pada awal 2015. Di salah satu cuplikan jelang perilisan buku foto mereka, salah satu anggota BTS mengenakan topi bersimbol Death’s Head Units, organisasi yang mengelola kamp konsentrasi Nazi.

Kali lain, para personelnya berpose di monumen Holocaust di Berlin, Jerman. Ada rekaman yang menunjukkan BTS mengibar-ngibarkan bendera raksasa di panggung yang gambarnya sangat mirip dengan swastika yang merupakan lambang Nazi.

Menurut Cooper, pihak manajemen yang merancang konsep promosi BTS perlu meninjau ulang apa yang mereka lakukan. Cara-cara yang merendahkan memori masa lalu berpotensi memengaruhi penggemar BTS di Korsel, bahkan seluruh dunia.

"Generasi muda akan cenderung mengidentifikasi kefanatikan dan intoleransi sebagai hal 'keren'. Manajemen kelompok ini, tidak hanya para personelnya, harus secara terbuka meminta maaf," kata dia, dikutip dari laman The Guardian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement