Ahad 11 Nov 2018 13:17 WIB

Mengenal Generasi Sandwich

Generasi sandwich menjalani kehidupan terimpit antara generasi di atas dan bawahnya.

Rep: Noer Qomariah K/ Red: Indira Rezkisari
Generasi sandwich menjalani kehidupan terimpit antara generasi di atas dan bawahnya.
Foto: Pixnio
Generasi sandwich menjalani kehidupan terimpit antara generasi di atas dan bawahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga merupakan aspek yang penting bagi setiap individu. Meski sudah hidup mandiri dan memiliki pasangan, terkadang seseorang masih bertanggung jawab untuk mengurusi kebutuhan orang tua atau bahkan adiknya.

Pakar psikologi dari Universitas Indonesia (UI) Vera Itabiliana mengungkapkan karena itu muncul julukan generasi sandwich. Generasi sandwich merupakan generasi yang bertanggung jawab mengurusi generasi di atas dan di bawahnya, sekaligus memenuhi kebutuhannya sendiri.

Generasi di atas generasi sandwich adalah orang tua dan mertua. Sedangkan generasi di bawah generasi sandwich adalah anak, adik, atau  keponakan.

Pun, generasi sandwich mengurusi semua kebutuhan, mulai dari keperluan rumah tangga, masalah kesehatan, hingga jalan-jalan ke mal. Vera mengatakan generasi ini tidak merasa disulitkan saat mengurusi kebutuhan orang tua sekaligus anak.

Sebab, keluarga adalah hal terpenting dalam hidup mereka. Mereka malah merasa bersalah jika kebutuhan orang tua dan anak ada yang tidak terpenuhi.

Golongan usia generasi sandwich biasanya berusia 30 sampai 50 tahun. “Di usia tersebut ada kebutuhan memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan diri sendiri, misalnya, usaha rumah sendiri. Jadi ada kebutuhan dia, juga generasi di atas dan di bawahnya” kata Vera di Kebon Sirih Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Generasi sandwich ini berlaku baik untuk laki-laki maupun perempuan. Mereka seringkali terjebak dalam situasi harus mengerjakan banyak hal, tetapi durasi waktu sangat sedikit. Mereka juga selalu dituntut untuk multitasking serta harus berbagi perhatian, waktu, afeksi, dan kasih sayang.

Dalam hal ini, perempuan lebih rentan terkena stres karena dihadapkan dengan urusan rumah tangga yang dikerjakan setiap hari. Seperti mencuci pakaian, mengepel, menyetrika, dan lain-lain. Belum lagi, stres mereka bisa bertambah karena ciri khas kaum millennial (yang tergabung dalam generasi sandwich) ingin mengurus semuanya sendiri.

Stres yang didiamkan bisa menyebabkan keluhan fisik, pusing, dan lain sebagainya. Apabila dibiarkan berlarut-larut dan tanpa solusi, Vera menuturkan, individu yang menjadi bagian generasi sandwich ini bisa mengalami depresi.

Selain itu, banyaknya kebutuhan yang dipikul generasi sandwich bisa menyebabkan konflik dalam keluarga. “Banyak kepentingan berbenturan dari generasi atas, bawah, dan dirinya sendiri. (Belum lagi) mereka butuh berinteraksi sama kolega rekan kerja, teman-teman pergaulan, banyak sekali,” ujarnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement