Rabu 07 Nov 2018 15:21 WIB

Bahaya Hilangkan Gluten dalam Konsumsi Harian

Banyak makanan yang mengandung gluten sebenarnya sangat baik untuk tubuh.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Oat atau gandum, bahan pembuat susu gandum.
Foto: Pixabay
Oat atau gandum, bahan pembuat susu gandum.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 60 persen masyarakat membeli produk bebas gluten. Hanya 15 persen masyarakat yang mencoba tidak mengonsumsi gluten sepenuhnya. Lebih dari setengah dari masyarakat percaya diet bebas gluten lebih sehat.

Dengan begitu, sebenarnya posisi gluten berada di sebelah mana? Gluten terdiri dari dua kelompok protein (gliadin dan glutenin) yang bersatu ketika tepung dan air dicampur untuk membentuk adonan. Itu ditemukan dalam gandum utuh seperti gandum, barley, dan gandum hitam.

Gluten ditemukan dalam produk gandum yang diproduksi secara konvensional seperti roti, pasta, pizza, kue, dan biskuit. Biasanya pada permen tertentu dan banyak saus pasta, saus, dan bumbu seperti kecap, gluten pun dapat ditemukan

Apakah gluten buruk? Bagi sebagian besar orang, gluten sendiri pada hakikatnya tidak baik atau buruk, terutama ketika dikonsumsi sebagai bagian dari diet seimbang. Banyak makanan yang mengandung gluten sebenarnya sangat baik untuk tubuh.

Tapi, untuk sejumlah kecil golongan, mengonsumsi gluten dapat memiliki efek samping yang serius. Penyakit celiac atau alergi gluten mempengaruhi sekitar 1 dari 100 orang di Inggris.

Penderita memiliki respons alergi terhadap gluten ketika mencoba memakannya akan menyebabkan kerusakan pada lapisan usus kecil dan menghambat penyerapan nutrisi, menekan pertumbuhan dan meningkatkan risiko anemia, osteoporosis dan kanker tertentu. Gejala alergi gluten biasanya muncul dalam beberapa jam setelah makan dan dapat berlangsung selama beberapa hari. Gejala yang paling sering ditemukan seperti penurunan berat badan, kelelahan, mual, kembung, sakit dan bisul mulut.

Lebih lanjut, 13 persen dari kita diperkirakan memiliki intoleransi gluten, atau sensitivitas gluten non-celiac (NCGS). Tanda-tanda intoleransi gluten termasuk sensitivitas gastrointestinal, nyeri sendi, dan sakit kepala. Namun, para ilmuwan percaya setidaknya beberapa gejala ini mungkin disebabkan oleh protein, ragi, pestisida, atau Fodaps lainnya.

Hal yang dikhawatirkan ketika seseorang tidak menyadari memiliki penyakit celica. Sebab, 85-90 persen dari mereka tidak menyadarinya. Bagi mereka yang menderita penyakit yang tidak terdeteksi, diet bebas gluten memberikan manfaat kesehatan yang sangat besar.

"Pada saat ini, tidak ada bukti bebas gluten memiliki manfaat kesehatan bagi siapa saja yang tidak memiliki penyakit celiac," kata ahli nutrisi Suzanne Anderegg, dikutip dari Woman and Home//, Rabu (7/11).

Menambahkan biji-bijian bebas gluten alami seperti quinoa, buckwheat, millet, dan amaranth dengan menambah asupan kacang-kacangan, buah dan sayuran dapat memiliki manfaat nutrisi. Namun, bagi yang memulai diet bebas gluten sebaiknya mencari nasihat dari ahli diet terdaftar profesional atau ahli gizi terdaftar.

"Menjalankan bebas gluten mengecualikan banyak makanan bergizi dari diet. Biji-bijian utuh adalah sumber serat yang kaya, vitamin B dan mineral seperti zat besi dan folat,” kata ahli nutrisi Claire Baseley.

Terdapat banyak bukti yang menunjukkan diet kaya biji-bijian mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, obesitas dan beberapa bentuk kanker. Setiap jenis diet 'bebas dari' pada kenyataannya lebih berbahaya, kecuali memang memiliki alergi atau intoleransi dan mencari nasihat profesional.

Justru produk bebas gluten sering mengandung kadar lemak, gula, dan aditif lebih tinggi. Para ilmuwan percaya bahwa makanan seperti gandum dapat, pada kenyataannya, bertindak sebagai stimulan kekebalan dan prebiotik alami dalam non-coeliacs.

Bebas gluten telah dikaitkan dengan penambahan berat badan, peradangan, resistensi insulin, pengurangan bakteri baik di usus dan fungsi sel kekebalan tubuh dan peningkatan kadar bakteri jahat di usus, merkuri dan arsenik. Bahkan bisa memengaruhi ingatan manusia.

Penelitian baru yang dilakukan oleh Universitas Leeds menemukan, hanya lima persen dari roti bebas gluten yang saat ini di supermarket diperkaya dengan kalsium, zat besi dan tiamin hingga tingkat yang direkomendasikan. Sementara produsen di Inggris diminta membentengi tepung roti gandum dengan kalsium, besi, niacin dan tiamin, dan ini tidak berlaku untuk versi bebas gluten.

"Makanan bebas gluten perlu memiliki standar nutrisi yang sama dengan tepung gandum putih yang setara," ujar rekan penulis studi dan Associate Professor of Nutrition di Leeds Caroline Orfila.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement