REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gula dianggap sebagai musuh kesehatan. Gula dapat meresap, membuat ketagihan, dan merusak kesehatan. Masalahnya bukan gula yang Anda konsumsi, tetapi reaksi insulin yang dihasilkannya mendorong glukosa dari darah ke sel-sel yang haus.
Dilansir di Stuff pada Selasa (6/11) Dokter Departemen Gawat Darurat dan GP, Tom Mulholland mengatakan, semua makanan memiliki apa yang disebut indeks glikemik (GI). Pada dasarnya seberapa cepat gula dalam makanan dan minuman dilepaskan ke dalam aliran darah.
Mulholland menjelaskan, makanan dengan GI rendah lebih baik karena gula dilepaskan perlahan-lahan. Sehingga menciptakan lebih sedikit lonjakan insulin. Makin banyak insulin yang bereaksi makin cepat gula darah turun yang menyebabkan rasa lapar dan mengantuk.
Insulin juga menyebabkan peningkatan penyimpanan lemak dan mendorong kalium dan magnesium ke dalam sel. Sel kemudian menjadi resisten terhadap insulin dan menuntut lebih banyak untuk respons yang sama. Makin banyak lemak yang disimpan, makin banyak resistensi.
Pankreas yang menghasilkan insulin, menjadi lelah dan mulai gagal. Gula darah meningkat, merusak sel-sel darah kecil di mata, kaki, dan ginjal. Seseorang menjadi buta, perlu dialisis, dan mengalami amputasi bagian anggota tubuh. Inilah cara diabetes tipe 2 lahir.
Diabetes tipe 1 adalah tipe yang berbeda. Biasanya datang ketika usia muda dan disebabkan oleh faktor yang tidak terkait dengan diet. Seperti sistem kekebalan yang menyerang diri sendiri. Sel-sel pankreas yang membuat insulin dihancurkan, sehingga anak-anak dan orang dewasa dengan tipe 1 harus mengukur gula darah dan menyuntikkan insulin selama sisa hidup mereka.
Sementara penyebab diabetes tipe 1 adalah acak, sedangkan tipe 2 disebabkan oleh faktor gaya hidup dan genetika. Apa pun jenisnya, hasil diabetes yang tidak terkontrol merupakan bencana besar.
Mulholland, dokter yang berpengalaman 30 tahun di Selandia Baru menyebut, 200 ribu orang di Selandia Baru menderita diabetes tipe 2 dan lebih dari 100 ribu orang tidak tahu mereka mengidapnya.
"Saya akan memperkirakan lebih dari 3.000 orang yang telah kami uji secara acak di supermarket, kandang sapi, dan pulau terpencil di Selandia Baru bahwa ada 200 ribu lainnya yang memiliki diabetes tipe 2 dan tidak mengetahuinya," ungkap Mulholland.
Ia mengatakan, cara terbaik mengetahui seseorang menderita diabetes atau seberapa baik kontrolnya adalah dengan menguji HBA1C. Ini mengukur seberapa lengket sel darah merah selama tiga bulan terakhir. Di bawah 40mmol/mol lampu hijau menyala, 40-50mmol/mol cahaya oranye menyala untuk pra-diabetes, dan lebih dari 50mmols/mol mungkin diabetes.
Mulholland menjelaskan, mencegah dan mengelola diabetes tipe 2, sangat penting untuk mengurangi beban gula pada tingkat individu dan masyarakat. Gula itu adiktif seperti kokain dan heroin serta ditambahkan ke makanan untuk membuatnya terasa lebih enak.
"Mitos dalam pandangan saya adalah makan lemak membuat kita gemuk. Lemak tidak baik untuk kesehatan jantung tetapi bukan penyebab epidemi obesitas kita. Ini gula, gula, dan gula. Sulit untuk tidak mengkonsumsi gula ketika itu ada di mana-mana dan salah diiklankan," jelas dia.
Ia mengatakan, minuman energi tidak memberi Anda energi. Gula memberi Anda kelelahan, kebutaan, cuci darah, dan amputasi. Gula sekarang adalah rokok, apa yang 60 tahun lalu ketika dokter meresepkannya kepada mereka untuk menangani kegelisahan.
"Dapatkah Anda membayangkan anak-anak kecil sekarang berjalan di gang pesawat sambil membagikan rokok seperti yang mereka lakukan dengan permen? Mengapa memberi permen pada anak-anak kita sebagai camilan yang merusak gigi, mata, dan ginjal mereka?," tanya Mulholland.
Dokter yang sedang dalam menangani misi kesehatan di seluruh dunia itu menambahkan, arus berubah dalam sikap tetapi tidak cukup cepat. Ia menyarankan, agar memeriksa HBA1C dan asupan gula.
"Apakah Anda benar-benar membutuhkan gula dalam teh atau kopi Anda? Pankreas dan pembuluh darah kecil Anda akan berteriak tolong tidak," tutur dia.