Senin 05 Nov 2018 11:23 WIB

Waspadai Bahaya Virus Leptospirosis dari Binatang Peliharaan

Kasus leptospirosis di Indonesia saat ini seperti terabaikan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Petugas memeriksa hewan peliharaan kucing di Pekalongan, Jawa Tengah.
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Petugas memeriksa hewan peliharaan kucing di Pekalongan, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepala Balai Besar (BB) Penelitian Venteriner Indi Dharmayanti mengatakan binatang peliharaan, seperti kucing dan anjing ternyata dapat memaparkan virus leptospirosis. Virus ini dipaparkan melalui urine dan darah binatang. Virus tersebut dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan menyebabkan gagal ginjal.

Menurutnya, pada kasus banjir di Jakarta 2002, virus leptospirosis menyebar dengan tinggi. Air banjir tercemar dengan berbagai kotoran, termasuk sampah dan juga urine tikus. Hal itu secara masif memengaruhi jumlah penyebaran virus leptospirosis kepada manusia.

"Kasus banjir di Jakarta 2002, paparan dan penularan virus leptospirosis sangat tinggi," ujarnya pada Republika.co.id, Senin (5/11), pada acara Workshop and Training on Emerging and Reemerging Zoonotic Diseases in Indonesia, di IPB Convention Center, Bogor.

Sementara pada kasus binatang, air urine yang dikeluarkan oleh hewan tersebut secara langsung akan mencemari lingkungan sekitar. Ia menduga, salah satu kasus gagal ginjal pada manusia disebabkan oleh virus leptospirosis.

Kasus leptospirosis di Indonesia saat ini seperti terabaikan. Menurutnya, hal itu disebabkan karena tidak ada data pemeriksaan hewan sakit serta kasus manusia yang tertular yang dilaporkan. Untuk saat ini di Indonesia, hanya BB Penelitian Venteriner saja yang memiliki data tersebut secara lengkap dan terperinci.

Selain itu, tindak lanjut dari munculnya virus leptospirosis berupa laboratorium yang dapat meneliti dan menanggulangi leptospirosis di Indonesia masih minim. Menurutnya, di Indonesia saat ini hanya ada tiga laboratorium yang dapat meneliti kasus virus leptospirosis yang ditularkan ke manusia, antara lain Laboratorium BB Penelitian Venteriner, Laboratorium Balai Besar Vektor Kemenkes, dan Laboratorium Rumah Sakit Karyadi Semarang.

"Di Indonesia sejauh ini masih sangat minim laboratorium yang menangani kasus virus leptospirosis. Hanya ada (laboratorium) di kami (BB Penelitian Venteriner), Balai Vektor Kemenkes, dan Rumah Sakit Karyadi di Semarang," ujarnya.

Ia menyebut, upaya pencegahan virus leptospirosis dari BB Penelitian Venteriner sejauh ini berupa sosialisasi terkait bagaimana masyarakat memilih dan memelihara hewan peliharaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement