REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar orang kini sukar jauh dari ponsel. Terlebih, generasi milenial yang cukup tergantung pada gawai dan mengaksesnya sepanjang waktu. Pertanyaannya, apakah mengakses ponsel dalam jangka waktu lama berdampak terhadap keterampilan tangan?
Profesor pendidikan bedah di Imperial College, London, Inggris, Roger Kneebone, berpendapat gawai berdampak buruk pada ketangkasan. Dia mengatakan, banyak mahasiswanya kesulitan melakukan operasi rumit disebabkan terlalu sering mengakses ponsel dan tablet.
Menurut Kneebone, anak-anak dari generasi yang lebih muda juga kurang melakukan aktivitas tangan seperti menggunting atau membuat prakarya di sekolah karena terpapar gawai sejak dini. Hal itu disebutnya akan berpengaruh setelah mereka dewasa kelak.
"Contoh paling jelas, ahli bedah membutuhkan ketangkasan menjahit dan menisik. Banyak hal tereduksi oleh ponsel karena aktivitas itu lebih banyak melibatkan layar datar dua dimensi," ujarnya, seperti dikutip dari laman Huffington Post, Jumat (2/11).
Pendapat lain disampaikan Jack Chew, anggota badan pekerja fisioterapi Inggris, Chartered Society of Physiotherapy. Dia justru menganggap, berponsel meningkatkan ketangkasan tangan karena seseorang lebih banyak menggunakan jempolnya.
Chew mengatakan, laporan umum fisioterapi yang dimiliki serikatnya tidak menunjukkan bukti bahwa berponsel menurunkan keterampilan. Cedera persendian dan otot bisa terjadi karena gerakan berulang dalam bentuk apa pun, tidak selalu terkait dengan ponsel.
Beberapa kasus di mana pasien diduga mengalami cedera leher karena penggunaan ponsel juga tidak perlu dicemaskan berlebih. Secara teoritis, kata dia, derajat seseorang menunduk kala bergawai tidak lebih dari ketika dia membaca surat kabar.
"Saya justru berargumen bahwa peningkatan akses ke teknologi membantu membuat pilihan hidup lebih sehat. Ada keuntungan nyata, misalnya peningkatan penggunaan perangkat kebugaran seperti Fitbit atau Apple Watch," kata Chew.