Selasa 30 Oct 2018 10:04 WIB

WHO Sebut Pencemaran Udara Membunuh 600 Ribu Anak-Anak

Pencemaran berpengaruh terhadap sekitar 93 persen anank-anak di dunia.

Sejumalah warga Jakarta melakukan berbagai kegiatan berolahraga saat digelarnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Pelaksanaan HBKB dinilai mampu mengurangi polusi dan pencemaran udara di ibukota.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumalah warga Jakarta melakukan berbagai kegiatan berolahraga saat digelarnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Pelaksanaan HBKB dinilai mampu mengurangi polusi dan pencemaran udara di ibukota.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pencemaran udara membunuh sekitar 600 ribu anak-anak tiap tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan pencemaran menyebabkan gejala mulai dari kehilangan kecerdasan hingga kegemukan dan infeksi telinga.

Tak banyak orangtua yang mampu berbuat untuk mengatasi gejala-gejala tersebut. Para orangtua hendaknya berusaha menghindari pencemaran udara di rumah dengan menggunakan bahan bakar yang kurang menimbulkan polusi untuk memasak.

Namun, guna mengurangi anak terpapar pencemaran lingkungan mereka hendaknya perlu melobi para politisi untuk guna membersihkan lingkungan. "Pencemaran udara meracuni jutaan anak-anak dan membahayakan kehidupan mereka," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pernyataannya.

Bagian-bagian terbesar di Asia, Afrika dan Amerika Latin termasuk di antara wilayah yang paling buruk terkena dampak pencemaran udara. "Ini tak bisa dimaafkan. Tiap anak-anak seharusnya dapat menghirup udara bersih sehingga mereka dapat tumbuh dan memenuhi potensi penuh mereka," kata dia.

Cerita Dongeng, Masih Relevankah Dibacakan ke Anak?

Laporan WHO, yang berjudul Prescribing Clean Air, meringkas pengetahuan ilmiah terbaru mengenai dampak pencemaran udara pada anak-anak, yang berdampak pada sekitar 93 persen anank-anak di dunia.

Maria Neira, kepala faktor penentu lingkungan kesehatan WHO, mengatakan penemuan-penemuan yang mengkhawatirkan tersebut disorot dalam penelitian ini. Termasuk, bukti polusi yang menyebabkan lahir prematur dan mati, dan juga penyakit-penyakit ke masa usia dewasa, hendaknya mengarah kepada perubahan-perubahan kebijakan secara global.

"Sesuatu yang juga kritikal ialah isu perkembangan syaraf," kata dia.

"Bayangkan anak-anak kita akan memiliki IQ kognitif yang kurang. Kita berbicara tentang risiko yang akan dihadapi generasi baru yang punya IQ rendah. Ini tak hanya baru tetapi juga sangat mengagetkan," kata dia.

Dia mengatakan sudah ada bukti jelas dan konsisten hubungan antara pencemaran udara lingkungan dan media otitis atau infekasi telinga. Menurut kajian ini, ditemukan pula beberapa bukti yang menyebabkan obesitas dan ketahanan insulin pada anak-anak. Pencemaran udara dapat juga menyebabkan kanker, asma, pneumonia, paru-paru yang tak berfungsi baik dan jenis-jenis infeksi pernafasan pada anak-anak.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement