Sabtu 27 Oct 2018 05:52 WIB

Ikapi: Ayo Berantas Buta Huruf

Panitia Islamic Book Fair 2019 ajak masyarakat peduli buku.

Anak- anak membaca buku di Perpustakaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Gondangdia, Jakarta, Rabu (23/10).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Anak- anak membaca buku di Perpustakaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Gondangdia, Jakarta, Rabu (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta melalui Panitia Islamic Book Fair (IBF) 2019, mengajak sejumlah lembaga, baik instansi pemerintah maupun perusahaan swasta untuk bersama-sama memberantas buta huruf (aksara).

Sebagaimana data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (mendikbud) saat peringatan hari aksara Internasional pada 8 September lalu, jumlah masyarakat Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang mengalami buta aksara mencapai 2,07 persen atau sekitar 3,4 juta jiwa.

“Walau angkanya setiap tahun mengalami penurunan, tapi kita harus terus berupaya untuk menggalakkan literasi agar masyarakat yang mengalami buta huruf semakin turun,” ujar Endah M, koordinator CSR Islamic Book Fair (IBF) 2019, yang juga Pengurus Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI, di Jakarta, Jumat (26/10). IBF 2019 akan  diselenggarakan pada 27 Februari-3 Maret 2019 di Jakarta Convention Center (JCC).

Endah menambahkan, tercatat sekitar 11 provinsi di Indonesia yang mengalami buta aksara cukup tinggi. Sebanyak 28,75 terdapat di Papua;  lalu 7,91 persen ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB); 5,15 persen di Nusa Tenggara Timur (NTT); 4,58 persen di Sulawesi Barat; 4,50 persen di Kalimantan Barat; 4,49 persen di Sulawesi Selatan; dan  3,57 persen di Bali.

Selain itu,  3,47 persen di Jawa Timur; 2,90 persen di Kalimantan Utara; 2,74 persen di Sulawesi Tenggara; dan 2,20 persen di Jawa Tengah. “Dan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional,” ujarnya.

Sementara itu, lanjutnya, jika dilihat dari perbedaan gender, jumlah perempuan lebih banyak mengalami buta aksara bila dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan berusia 15 tahun ke atas yang mengalami buta huruf mencapai 2.258.990 orang  dan laki-laki sebanyak 1.157.703 orang. “Kita berharap, dengan kegiatan literasi, angka buta aksara ini terus berkurang,” jelasnya.

photo
Suasana Islamic Book Fair (IBF) 2018 di Jakarta Conventiom Center (JCC).

Untuk itu, Endah mengajak sejumlah lembaga untuk bersama-sama mengentaskan buta aksara ini. “Ayo, para perusahaan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan juga perusahaan swasta, mari kita bersama-sama menggalakkan corporate social responsibility (CSR, tanggung jawab perusahaan), dalam mengentaskan buta huruf,” terangnya.

Endah menyebutkan, ada ratusan BUMN dan BUMD, bahkan ribuan perusahaan swasta, baik yang besar maupun yang kecil, bisa bersinergi dalam mendorong kegiatan literasi ini. “Banyak perusahaan dan juga kalangan BUMN yang punya program CSR, khususnya untuk pendidikan, mungkin melalui cara itu bisa dimaksimalkan,” terangnya.

Wakil Ketua Panitia IBF 2019  dan juga Koordinator Humas Ikapi DKI, Syahruddin El-Fikri mengatakan, pogram CSR dari berbagai lembaga itu, punya andil besar dalam mendorong masyarakat Indonesia menjadi lebih baik. “Banyak lembaga maupun perusahaan yang punya kepedulian dalam membantu pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju dan mencerdaskan, dan program CSR yang dikembangkan berdampak positif bagi masyarakat, khususnya di daerah terpencil menjadi makin peduli pada bidang pendidikan,” ungkapnya.

Senada dengan Endah, Syahruddin berharap, berbagai upaya yang dilakukan masyarakat, lembaga pemerintah, maupun perusahaan swasta, makin membuat bersemangat bagi lembaga-lembaga peduli pendidikan untuk turut serta mencerdaskan masyarakat. Ia menyebutkan, persentase buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2015, terdapat 3,56 persen atau 5,7 juta penduduk yang mengalami buta aksara. “Dan pada 2014, jumlah penduduk yang mengalami buta aksara mencapai 3,7 persen atau 5,9 juta orang,” ungkapnya.

Menurut Syahruddin, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mendorong minat masyarakat makin peduli pada literasi adalah budaya membaca. “Jumlah buku masih sangat kurang, bahkan perpustakaan pun masih minim,” ujarnya.

Oleh karena itu, Syahruddin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menggalakkan budaya baca. Sebagaimana data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sebesar 1/1000. Artinya, hanya ada satu orang di antara 1.000 penduduk yang mempunya minat baca tinggi terhadap buku.

“Mari kita bantu saudara-saudara kita yang memerlukan buku dengan memberi mereka buku. Panitia IBF 2019  akan menyediakan sarana prasarana bagi masyarakat yang mau berinfak atau berwakaf dalam pengadaan buku,” ajaknya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement