Jumat 26 Oct 2018 20:56 WIB

Hal tak Diduga Ini Tingkatkan Risiko Hipertensi 'Kebal' Obat

Faktor risiko yang memicu hipertensi resisten adalah penumpukan timbal dalam tubuh

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Foto: torange
Hipertensi atau tekanan darah tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hipertensi resisten merupakan suatu kondisi di mana tekanan darah tinggi tidak mengalami perbaikan atau penurunan meski sudah diterapi dengan tiga atau lebih obat dari kelas yang berbeda dan modifikasi gaya hidup. Orang-orang yang mengonsumsi sebanyak empat obat hipertensi atau lebih dari kelas yang berbeda juga dikategorikan sebagai pasien hipertensi resisten.

Kondisi hipertensi resisten tentu dapat meningkatkan risiko beragam masalah kardiovaskular termasuk penyakit jantung dan stroke. Belum lama ini, tim peneliti dari University of Michigan School of Public Health berhasil menemukan faktor risiko baru dari hipertensi resisten yang tidak pernah diduga sebelumnya. Seperti diungkapkan dalam Journal of American Heart Association, faktor risiko tersebut adalah penumpukan timbal di dalam tubuh.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa beban timbal kumulatif, sebagaimana diukur berdasarkan tulang kortikal (lapisan terluar tulang) di tibia, mungkin merupakan faktor risiko hipertensi resisten yang tak diketahui sebelumnya," ungkap Ketua Peneliti Dr Sung Kyun Park seperti dilansir Medical News Today.

Temuan ini diketahui melalui penelitian yang melibatkan 475 veteran penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi. Dari seluruh partisipan, sebanyak 97 di antaranya memiliki kriteria hipertensi resisten.

Selama penelitian, tim peneliti mengumpulkan beragam data dari para partisipan. Data yang dihimpun meliputi tekanan darah, obat hipertensi hingga kadar timbal pada darah, tempurung lutut (patella) dan tibia (shin bone) para partisipan. Tibia adalah sebutan lain untuk tulang kering.

Dari data-data yang terhimpun, peneliti melakukan penyesuaian berdasarkan beberapa faktor seperti umur, ras, kebiasaan merokok, berat badan, sosioekonomi hingga pendapatan dan faktor demografis. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan statistik yang signifikan antara peningkatan penumpukan timbal di tibia dengan peningkatan risiko hipertensi resisten.

Tim peneliti mengungkapkan bahwa setiap kelebihan 15 mikrogram timbal per 1 gram tulang di tibia akan menyumbang 19 persen risiko hipertensi resisten yang lebih tinggi. Korelasi serupa tidak ditemukan pada penumpukan timbal di tempurung lutut maupun darah.

Temuan baru ini berhasil memperluas pemahaman mengenai pengaruh penumpukan timbal di dalam tubuh terhadap manajemen pengobatan tekanan darah tinggi. Selain itu, temuan ini juga dapat membuka sudut pandang baru untuk merumuskan terapi target baru bagi hipertensi resisten.

Tim peneliti juga menyoroti beberapa kondisi yang dapat membuat orang-orang terpapar timbal. Kondisi-kondisi tersebut adalah penggunaan timbal di dalam bensin dan menghirup asap lalu lintas. Infrastruktur tua dengan pipa air yang usang juga diketahui mengandung timah dan dapat menjadi sumber paparan timbal.

Di sisi lain, tim peneliti juga menyoroti perilaku yang dapat membuat risiko hipertensi resisten menjadi lebih tinggi. Tim peneliti mengatakan para partisipan laki-laki dengan hipertensi resisten memiliki kebiasaan untuk mengendalikan hipertensj mereka dengan obat 'warung'atau obat yang dijual bebas, alih-alih menggunakan obat hipertensi sesuai resep dokter.

Tim peneliti mengatakan penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mengobfirmasi temuan baru ini. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan Park dan tim masih memiliki beberapa keterbatasan seperti jenis kelamin dan ras partisipan yang didominasi oleh laki-laki kulit putih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement