REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terbang dengan pesawat membuat sejumlah perubahan terjadi dalam tubuh kita. Tekanan udara di kabin bisa memengaruhi fisik dan emosional dengan banyak cara. Berikut alasan seseorang menjadi lebih emosional saat berada di atas pesawat, dilansir dari Cosmopolitan.
Lebih cemas dan rentan
Psikolog Honey Langcaster-James mengatakan banyak orang merasa lebih cemas dan rentan melakukan perjalanan lewat udara. Ada perasaan tidak wajar berada di dalam mesin raksasa yang berjarak ribuan kaki dari daratan. Ini membuat emosi campur aduk dan sangat kontemplatif.
"Berada di ketinggian juga memberi kita perspektif unik tentang kehidupan dan merasa tubuh terancam dan tertantang," kata James.
Saat berada di pesawat sendirian tanpa keluarga atau orang terdekat menemani, ada perasaan takut meninggalkan atau ditinggalkan. Ditambah lagi Anda tak bebas menggunakan internet sehingga koneksi dengan dunia luar terputus.
Mual dan mabuk
Berada di dalam pesawat juga membuat sebagian orang merasa lebih cepat mual dan mabuk. Ini karena tingkat oksigen rendah saat tubuh berada di ketinggian tertentu. Kepala pun mudah pusing dan sakit.
Kembung
Meski makanan pesawat bukan pilihan sehat, sangat tidak mungkin Anda tidak makan dalam pesawat. Dr Sara Kayat dari NHS Inggris mengatakan semakin tinggi pesawat terbang, semakin rendah tekanan udara di kabin. Perubahan mikro ini memicu gas dalam tubuh, membuat usus membesar, sehingga perut kembung.
Flu setelah penerbangan
Ada ratusan orang berada di satu ruangan besar tertutup. Ini tak ubahnya seperti inkubator virus di mana penyakit seperti flu sangat mudah menular. Penumpang pesawat juga terpapar banyak kuman di udara sebab udara di kabin disirkulasikan kembali.
Kulit kering
Udara pesawat membuat kulit kering dan membuat Anda merasa tidak nyaman. Penting sebelum terbang untuk tetap terhidrasi. Hidrasi menjaga sistem kekebalan tubuh. Selama penerbangan, usahakan tetap aktif, misalnya berjalan di lorong atau melakukan peregangan, juga minum cairan cukup.