REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti menyebutkan vaping atau rokok elektrik lebih berbahaya ketimbang rokok tembakau sebab perasa yang terdapat dalam rokok elektrik dapat memicu peradangan paru-paru. Peringatan itu muncul setelah penelitian yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan ada senyawa adiktif, termasuk perasa, yang menyebabkan peradangan paru-paru yang sama atau lebih buruk dari penggunaan rokok tembakau, sebagaimana laporan Leicestermercury, Rabu (17/10).
Perangkat bertenaga baterai ini kerap dipromosikan sebagai alat untuk membantu perokok keluar dari kebiasaan buruk merokok tembakau. Tim peneliti dari Yunani mengatakan penggunaan rokok elektrik dalam jangka pendek ternyata sama atau bahkan lebih merusak daripada yang semestinya.
"Efek merugikan yang diamati dalam paru-paru pada paparan asap rokok elektrik pada model hewan itu menyoroti perlunya penyelidikan lebih lanjut tentang keamanan dan toksisitas perangkat yang berkembang pesat di seluruh dunia," ujar perwakilan peneliti Constaninos Glynos.
Mereka menstimulasi isapan rokok tradisional dengan mengeluarkan uap yang berasal dari bahan kimia cair dalam wadah isi ulang berisi propylene glycol, nikotin, dan banyak rasa. Propylene glycol, senyawa aditif yang tidak berwarna dan berbau, ditemukan dalam berbagai makanan dan minuman olahan. Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dalam sejumlah obat.
Temuan, yang dipublikasikan dalam American Journal of Physiology menunjukkan rokok elektrik dan isi ulang perasa tidak diatur dengan baik dan tidak diketahui dampak dalam jangka panjang terhadap kesehatan. Jadi, para peneliti membandingkan beberapa kelompok tikus yang menerima paparan seluruh tubuh terhadap pelbagai kombinasi kimia selama empat kali setiap hari, dengan setiap sesi dipisahkan oleh interval bebas asap selama 30 menit, tulis Mirror.
"Rokok elektrik dinyatakan melepaskan sedikit nikotin berbahaya atau sebagai alat baru menghentikan merokok. Namun, temuan kami menunjukkan paparan uap dari rokok elektrik memicu respons peradangan dan memengaruhi mekanisme pernapasan. Dalam beberapa kasus, perasa tambahan dalam rokok eletrik memperburuk efek yang merugikan dari rokok tersebut," ujar Glynos.
Hasil penelitian pada kelompok lain yang mendapat paparan asap rokok tembakau dan tiga kelompok lain dari rokok elektrik dengan propylene glycol dan perasa tembakau selama tiga hari hingga empat minggu ini, diperoleh hasil terjadi peradangan, produksi lendir dan perubahan fungsi paru-paru. "Kami menyimpulkan baik rokok eletrik dan konvensional sama-sama berdampak negatif terhadap kondisi biologis paru-paru," kata Glynos.
Meski Badan Kesehatan Inggris menyatakan rokok elektrik 95 persen lebih aman dibanding rokok tradisional, mereka menyarankan perokok mempertimbangkan beralih ke rokok elektrik untuk berhenti dari merokok. Namun, kritikus memperingatkan rokok elektrik dapat menyebabkan penyakit paru, menyebabkan ketagihan nikotin, atau jalan masuk merokok bagi anak-anak.