Kamis 11 Oct 2018 15:56 WIB

Enam Cara Hindari Polusi Udara

Polusi udara sering dikaitkan dengan penyakit paru-paru, kardiovaskular, dan strok.

Rep: Nora Azizah/ Red: Ani Nursalikah
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.
Foto: AP Photo/R S Iyer
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam satu bulan, polusi udara disebut memiliki risiko terbesar bagi kesehatan penduduk Eropa. Dilansir melalui The Guardian, hal ini menjadi tanggung jawab atas kematian sekitar 400 ribu orang Eropa setiap tahunnya, dan 40 ribu di antaranya berada di Inggris.

Berdasarkan laporan World Health Organizations (WHO) pada Mei 2018, sebanyak 30 kota di Uni Eropa memiliki tingkat polusi udara yang melampaui batas legal. Beberapa kota tersebut termasuk Machester, Swansea, Leicester, dan York.

Polusi udara sering dikaitkan dengan penyakit paru-paru, kardiovaskular, strok, dan demensia. Bahkan saat ini juga dikaitkan dengan fungsi kognitif yang lebih rendah, serta peningkatan penyakit mental dan asma pada anak-anak. Meskipun polusi udara sering dilaporkan bisa menyebabkan kelahiran prematur, namun para ilmuwan telah menemukan fakta baru polusi mungkin bisa mencapai janin. Lalu, bagaimana cara kita menghindarinya?

Hindari Jalan Ramai

Apabila mempunyai kesempatan menghindari jalan yang ramai sebaiknya gunakan. Sebuah studi yang dilakukan di Pusat Kebijakan Lingkungan Imperial College menunjukkan jalan yang sepi bisa mengurangi paparan polusi sekitar 53 sampai 60 persen.

Jalan-jalan dengan gedung tinggi di setiap sisi dikenal sebagai lembah perkotaan. Keberadaan gedung-gedung tersebut bahkan bisa menjadi lembah dan membuat polutan terperangkap.

Menggunakan Aplikasi

Di era digital, aplikasi polusi udara bisa diandalkan. Profesor Immunopharmacology Universitas Southampton dan ahli polusi udara Stephen Holgate mengatakan, saat ini aplikasi yang sudah ada cukup bagus.

"Aplikasi cukup meningkat dari segi perkembangan dan memiliki pembaruan," kata Holgate.

Salah satu contoh, London Air yang dikembangkan King's College London bisa memberikan informasi mengenai tempat-tempat yang berpolusi tinggi. Ada pula sensor yang dipasangkan apda ponsel sehingga bisa memonitor tingkat polutan, seperti nitrogen dioksida dan materi partikulat. Namun, para ilmuwan menegaskan masih mengembangkannya, dan alat masih berada di tahap awal.

Hindari Jam Sibuk

Secara teoritis olahraga masuk akal bisa melindungi dari bahaya polusi udara. Namun mengenai hal ini sebaiknya menghindari aktivitas fisik pada jam sibuk.

Waktu terbaik untuk olahraga adalah sebelum jam sibuk. Misalnya, pada pagi hari. Pada jam sibuk ditemukan tingkat polusi PM2.5 materi partikel 2,5 mikron yang dapat menembus paru-paru dan memasuki aliran darah. Angka tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan jam sibuk di sore hari.

Tidak Perlu Pakai Masker

Holgate menjelaskan, penggunaan masker tidak efektif. Rata-rata masker wajah justru bocor dan tersumbat sehingga tidak benar-benar berfungsi.

Masker akan efektif apabila terpakai ketat tetapi sangat tidak nyaman bagi penggunanya. Sebuah penelitian dari Institute of Occupational Medicine di Edinburgh meneliti sembilan jenis masker yang tersedia bagi konsumen di Beijing. Rata-rata masker mengalami kebocoran antara tiga persen hingga 68 persen.

Mengonsumsi Makanan Sehat

Ada banyak bukti mengonsumsi makanan sehat dapat mengurangi efek berbahaya polusi udara. Sebuah penelitian yang dipresentasikan Sekolah Kedokteran New York memeriksa lebih dari 500 ribu orang.

Mereka mengonsumsi makanan mediterania. Hasil menunjukkan dalam jangka panjang tubuh mereka cenderung tidak mendekati penyakit kardiovaskular, dan kematian menjadi lebih rendah. Nutrisi baik dalam makanan, seperti vitamin dan lainnya yang ditemukan di dalam sayuran dan buah bisa membantu menetralisir polutan.

Lindungi Kereta Bayi

Melindungi kereta dorong bayi saat berada di luar ruangan sangat penting. Sebuah penelitian menyebutkan, bayi dan anak bisa terkena polusi udara 60 persen lebih banyak daripada orang dewasa.

Sebaiknya, tutuplah kereta bayi dengan menggunakan penutup agar mengurangi polusi udara. Hal ini bisa dilakukan khususnya saat menyeberang di lampu lalu lintas, pemberhentian bus, atau di persimpangan. Gunakan penutup yang terbuat dari plastik sehingga tetap nyaman saat cuaca panas. Produk bantal bayi yang bisa menyaring udara juga bisa diandalkan agar anak bisa bernapas dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement