Rabu 10 Oct 2018 22:00 WIB

Indonesia Ternyata Miliki 252 Ragam Satai

Ada 175 ragam satai yang bisa ditelusuri asal-usulnya dan 77 ragam satai tidak bisa

Salah satu olahan daging kambing, satai kambing.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Salah satu olahan daging kambing, satai kambing.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Satai merupkan salah satu hidangan kuliner yang banyak disukai. Tapi, tidak banyak yang sadar ada begitu banyak ragam satai yang ada di bumi nusantara ini, termasuk bagi orang Indonesia itu sendiri.

"Ada 252 ragam satai dengan 175 ragam satai bisa ditelusuri asal-usulnya dan 77 ragam satai tidak bisa ditelusuri asal-usulnya," kata pakar kuliner Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito, di Grha Sabha Pramana UGM, Selasa (9/10).

Hal itu diungkapkan dalam diskusi Mengupas Tuntas Strategi Nasio Goreng dan Sate dalam Menembus Cita Rasa dan Pasar Dunia. Diskusi hadir dalam Festival Kuliner Nasi Goreng UGM.

Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan UGM itu menyebutkan, dari 175 ragam satai yang diketahui asal-usulnya, tersebar hampir di seluruh daerah kuliner yang ada di Indonesia.

Lampung dan Mandar disebut jadi pengecualian karena tidak memiliki satai yang menjadi makanan tradisionalnya. Di antara daerah kuliner yang diteliti, yang memiliki ragam satai paling banyak tidak lain Yogyakarta.

Menurut Murdijati, Yogyakarta memiliki 21 ragam satai, Semarang 12 ragam satai, serta Bali dan Pekalongan yang masing-masing memiliki 11 ragam satai. Daging sapi jadi bahan yang paling banyak digunakan dengan persentase 48,05 persen.

Lalu, ada daging ayam 37,66 persen, dan daging kambing 20,77 persen. Empat bumbu kecuali garam yang paling sering dipakai bawang putih 96,92 persen, bawang merah 81,53 persen, ketumbar 64,61 persen dan gula kelapa 63,07 persen.

Bahan yang paling banyak dipilih untuk bumbu kacang tanah 11,51 persen, bawang merah 10,32 persen, bawang putih 9,52 persen dan kecap manis 8,73 persen. Tapi, kondisi berbeda didapat dari bumbu pelengkap.

Ada kecap manis yang persentasenya 3,17 persen, bawang merah iris 2,77 persen, cabe rawit merah 2,38 persen, tomat 2,38 persen dan bawang goreng 2,38 persen. Karenanya, Murdijati menilai, sate layak jadi hidangan representasi Indonesia.

"Melihat ragam dan sebarannya yang cukup banyak, sate menjadi produk kuliner yang pantas menjadi salah satu representasi hidangan Indonesia," ujar peneliti Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM tersebut.

Murdijati menyampaikan, penelitian ini menghasilkan definisi baru sate yaitu berdasarkan ragam bahan, bumbu dan cara memasaknya. Yaitu, hidangan lauk pauk yang berbahan hewani atau nabati yang dibumbui berbagai macam bumbu.

Tentunya, sesuai cita rasa daerahnya, lalu dibakar hingga dimasak, serta bisa disajikan dengan pelengkap. Uniknya, Murdijati menemukan, terdapat ragam sate yang tidak memnuhi definisi sate.

"Yakni Sate Godog dari Aceh karena diolah dengan cara direbus tanpa proses pembakaran," kata Murdijati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement