Senin 08 Oct 2018 08:16 WIB

Melania Trump Jawab Kritikan Helm Kolonialnya

Melania berulang kali menjadi korban kritikan atas gaya berbusananya.

Rep: Noer Qomariah K/ Red: Indira Rezkisari
Ibu Negara AS, Melania Trump, mengenakan helm pith saat kunjungan ke salah satu negara Afrika.
Foto: AP
Ibu Negara AS, Melania Trump, mengenakan helm pith saat kunjungan ke salah satu negara Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Melania Trump telah menanggapi kritik yang ia terima ketika mengenakan helm pith atau helm safari di Afrika. Trump mengungkapkan keinginannya agar orang-orang berhenti berfokus pada pakaiannya.

Trump menyebutkan ia baru saja menyelesaikan perjalanan yang luar biasa di Ghana, Malawi, dan Kenya. Kini ia berada di Mesir.

“Saya ingin berbicara tentang perjalanan saya dan bukan apa yang saya kenakan,” kata Trump, seperti yang dilansir dari Independent, Senin (8/10). “Ini sangat penting tentang apa yang saya lakukan, apa yang kami lakukan dengan USAID dan apa yang saya lakukan dengan inisiatif saya,” ujarnya menambahkan.

Saat melakukan kunjungan ke Afrika, Melania Trump mengenakan celana panjang, sepatu boot, dan helm pith saat melakukan safari dengan mobil terbuka di taman nasional di dekat Nairobi pada Ahad (7/10). Ia  mengambil foto zebra, jerapah, impala, badak, dan kuda nil dengan Iphone miliknya.

Infografis: Salah Kaprah Gaya Busana Ibu Negara AS

Ia juga sempat berhenti di tempat pemerintahan Kenya membakar 105 ton gading gajah sebagai usaha mereka untuk menghentikan pasar gelap. Namun turnya ini helm pith justru Trump menjadi pusat perhatian.

Pada masa kolonial helm ini dipakai oleh orang-orang Eropa dan para penjajah. Tidak hanya di Afrika, helm ini juga dipakai oleh para penjajah di Asia Tenggara dan Timur Tengah. Helm ini menjadi simbol penindasan di negara-negara terjajah.

Para pasukan luar negeri, pemandu tur dan ahli alam liar telah mengganti helm pith dengan helm yang lebih praktis dan tidak kontroversial. Namun, helm pith itu masih digunakan di beberapa negara dalam berbagai upacara, juga para turis yang tidak memiliki pengalaman dan sensitivitas terhadap masyarakat setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement