REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian menemukan, madu adalah makanan tercemar ketiga di dunia. Hampir satu dari lima sampel madu Australia dinyatakan palsu.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports pada Selasa (2 Oktober), penambahan gula tebu atau sirup jagung adalah praktik penipuan yang umum di pasar madu. Profesor Mark Taylor dari Macquarie University memimpin penelitian, bersama dengan murid PhD Xiaoteng Zhou, Helen Salouros dan Shiva Prasad.
Investigasi mereka mengamati sampel madu dari Australia bersama dengan 18 negara lain di Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Oceania. Laporan tersebut mendefinisikan 'madu asli' sebagai produk alami yang dihasilkan seluruhnya oleh lebah.
Pemalsuan madu terjadi ketika zat seperti sirup jagung atau tebu ditambahkan untuk meningkatkan volume produk. Peneliti mampu membedakan senyawa ini dengan melihat isotop karbon masing-masing. Analisis menunjukkan bahwa 27 persen sampel madu komersial yang diuji, keasliannya dipertanyakan.
Lebih dari separuh sampel yang bersumber dari Asia, terutama Cina, dipalsukan. Pemeriksaan lebih lanjut terhadap 38 sampel madu Australia yang diperoleh dari supermarket juga menunjukkan bahwa 18 persen, atau hampir satu dari lima, telah dipalsukan.
Australia adalah pengekspor madu terbesar keempat di dunia dengan industri bernilai sekitar 2,9 miliar USD hingga enam miliar dolar Australia per tahun. Skandal terbaru di mana logo "produk Australia" palsu digunakan pada produk yang mengaku sebagai madu Australia telah menimbulkan kekhawatiran tentang keaslian asal dan kualitas madu.
"Madu campuran asalnya tidak diketahui, telah diketahui mengandung antibiotik, racun, iradiasi, atau bahkan alkaloid dengan potensi menyebabkan kerusakan organ," kata studi itu, dilansir dari laman CNALifestyle, Sabtu (6/10).
Temuan itu muncul beberapa pekan setelah industri itu disorot terkait dengan madu impor. Sebuah laporan oleh Sydney Morning Herald pada Rabu mengatakan bahwa skandal ini melibatkan beberapa rantai supermarket terbesar di negara itu milik Capilano, yang mencampurkan madu Cina lokal dan impor.
Capilano, perusahaan madu terdaftar terbesar di Australia, telah membantah masalah dengan produknya dan mengkritik jenis tes yang digunakan untuk mendeteksi kotoran, menunjukkan itu berbeda dari tes resmi Australia.