REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa tahun belakang, tren wisata mengalami perubahan. Menurut pakar kuliner William Wongso, sejak maraknya penggunaan media sosial, wisatawan menunjukkan ketertarikan di sektor kuliner khususnya mencicipi makanan otentik saat berkunjung ke satu daerah.
"Wisatawan sekarang ingin cari tahu sejarah dan budaya di balik makanan itu," kata William saat ditemui dalam acara diskusi media yang diadakan oleh Pelangi Benua, beberapa waktu lalu.
Tren wisata kuliner atau food tour ini, menurut William, sudah lebih dulu terjadi di beberapa negara Eropa dan Amerika. Pada 1995, agen perjalanan Amerika sudah tidak lagi berorientasi pada lokasi wisata atau sistus tertentu melainkan menjadikan sektor kuliner sebagai atraksi wisata.
Selain Amerika, tren food tour perlahan juga sudah diterapkan oleh travel agent di Vietnam. Dengan konsep yang lebih sederhana, food tour ini mengajak para wiasatawan berkeliling kota menggunakan scooter mencicipi makanan kaki lima khas negara Vietnam.
Sementara itu, Australia menawarkan wisatawan berkunjung ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi dan kaya akan makanan eksotis. Di Indonesia, William mengakui tren food tour ini terbilang baru diperkenalkan sejak tiga hingga lima rahun lalu berkat adanya media sosial.
Menurut William, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan wisata dari sektor kuliner ini. Pasalnya, Indonesia memiliki kisah dan budaya kuliner yang menarik untuk dikulik.