Kamis 27 Sep 2018 13:02 WIB

Food Tourism, Cara Baru Berwisata Kuliner

Hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki kisah kuliner yang menarik.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Makanan jajanan khas menjadi salah satu incaran wisatawan kuliner di  Pasar Bambu Ngadiprono Temanggung.
Foto: Nico Kurniajati
Makanan jajanan khas menjadi salah satu incaran wisatawan kuliner di Pasar Bambu Ngadiprono Temanggung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berburu kuliner adalah satu aktivitas yang hampir selalu dilakukan saat berlibur ke suatu daerah. Selain sekadar mencicipi kelezatan makanan khas lokal, berburu kuliner juga bisa menambah wawasan wisatawan mengenai kultur dan budaya masyarakat setempat.

Pengalaman inilah yang coba ditawarkan oleh Pelangi Benua kepada para pecinta traveling dan juga sekaligus pecinta kuliner. Mengusung konsep Food Tourism, Pelangi Benua mengajak wisatawan mengenal kisah dan sejarah di balik kuliner lokal yang unik.

Baca Juga

"Food Tourism itu meliputi makanan sebagi gaya hidup, produk lokal, budaya dan sejarah, kisah di balik makanan, nutrisi dan kesehatan," kata pendiri Pelangi Benua, Vinny Mulyadi, beberapa waktu lalu.

Perempuan yang akrab disapa Beby ini mengakui hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki kisah kuliner yang menarik. Namun, belum banyak operator tur yang membuat sebuah program perjalanan yang menempatkan makanan sebagai subyek. Selama ini, makanan hanya dianggap sebagai pemenuhan program perjalanan saja.

Menurut Beby, beberapa daerah di Indonesia yang sangat berpotensi untuk pengembangan food tourism yaitu Sumatera Barat khususnya daerah Payakumbuh dan Koto Gadang. Selain itu ada pula Lasem, daerah yang selama ini dikenal dengan keindahan arsitektur Cina ternyata juga menyimpan kekayaan kuliner yang menarik untuk dikulik.

Serta tidak ketinggalan Toraja yang menyimpan kekayaan kuliner lokal beserta ritual yang menyertainya. "Begitu eratnya kuliner sebagai bagian dari ritual-ritual adat menjadikan Toraja sebagai salah satu tempat yang tepat untuk menyaksikan bagaimana makanan menjadi konteks sosial budaya," tambah Beby.

Untuk menambah wawasan wisatawan akan kultur dan budaya kuliner lokal, Pelangi Benua menggandeng sejumlah pakar seperti salah satunya pakar kuliner William Wongso yang akan mendampingi wisatawan selama perjalanan. Wisatawan juga diperkenalkan dengan kebudayaan lokal melalui kunjungan ke pasar tradisional setempat, menghadirkan demo memasak hingga mengajak wisatawan makan seperti lokal.

Pelangi Benua mengemas food tourism ini dalam sebuah signature program dengan mengangkat destinasi dan aktivitas khusus. Pelangi Benua menetapkan tarif yang beragam untuk masing-masing program perjalanan. Setiap program, Pelangi Benua membatasi jumlah wisatawan yang bisa bergabung mulai dari 20 hingga 40 orang selama maksimal 5 hari 4 malam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement