Jumat 21 Sep 2018 16:30 WIB

Melihat Siklus Hidup Suku Batak Melalui Kain Ulos

Warga suku Batak sudah menerima ulos bahkan sejak mereka masih belum dilahirkan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo (kanan) disaksikan Menko Polhukam Wiranto (kiri) menerima sematan Kain Ulos khas Batak dari perwakilan Masyarakat Hukum Adat (MHA) Pandumaan Sipituhuta Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumut usai acara Pencanangan Pengakuan Hutan Adat Tah
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo (kanan) disaksikan Menko Polhukam Wiranto (kiri) menerima sematan Kain Ulos khas Batak dari perwakilan Masyarakat Hukum Adat (MHA) Pandumaan Sipituhuta Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumut usai acara Pencanangan Pengakuan Hutan Adat Tah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap manusia pasti mengalami siklus kehidupan mulai dari kelahiran, tumbuh dari kanak-kanak menjadi dewasa, menikah, memiliki keturunan hingga kematian. Bagi suku Batak, siklus hidup itu ditandai dengan beragam kain tenun ulos.

Menurut pecinta dan pelestari kain ulos, Torang Sitorus, kain ulos bagi masyarakat suku Batak bukan sekadar pakaian atau aksesoris pelengkap busana. Lebih dari itu, kain ulos sangat disakralkan, bahkan identitas atau kedudukan seseorang di masyarakat bisa diketahui hanya dari ulosnya.

"Ulos zaman dulu itu selimut. Tapi kemudian berkembang jadi satu kain adat yang siklus hidup masyarakat Batak bisa dilihat dari jenis ulosnya," kata Torang, saat ditemui di acara pameran Ulos, Hangoluan & Tondi, di Museum Tekstil, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Setiap warga suku Batak sudah menerima ulos sejak mereka masih belum dilahirkan ke dunia yang dimulai dari Ulos Tondi. Sementara saat anak sudah lahir, ulos yang digunakan untuk menggendong bayi yang telah lahir tersebut adalah Parompa.

Saat menginjak jenjang kehidupan pernikahan, pengantin akan menerima Ulos Hela. Selanjutnya, orangtua yang menikahkan anaknya akan ditandai dengan Ulos Pansamot. Terakhir, Ulos Saput akan menandai fase paling akhir dalam siklus kehidupan manusia yaitu kematian.

Selain itu, masih banyak jenis ulos lainnya yang menemani perjalanan hidup masyarakat suku Batak seperti Ulos Jugkit, Ulos Tumtuman, Ulos Antak-antak, hingga Ulos Sibunga Ambasang. Meski memiliki banyak varian, tidak semua Ulos Batak dapat dipakai dalam keseharian.

Beberapa ulos hanya dipakai dalam acara-acara adat atau seseorang dengan status tertentu seperti Ulos Jugia yang hanya boleh dipakai oleh orang yang sudah memiliki cucu dari anak laki-laki atau perempuannya. Sedangkan Ulos Ragi Hidup biasanya diberikan untuk orangtua pengantin laki-laki dan Ulos Ragi Hotang diberikan kepada pasangan pengantin dalam upara pernikahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement