Jumat 21 Sep 2018 12:09 WIB

Diet Karbo Lebih Cocok dengan Sayuran dan Kacang

Protein nabati mengurangi peradangan yang disebut stres oksidatif.

Rep: Nora Azizah/ Red: Indira Rezkisari
Selalu selipkan sayur-sayuran dalam tiap porsi makan.
Foto: Pxhere
Selalu selipkan sayur-sayuran dalam tiap porsi makan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang-orang yang mengurangi karbohidrat mungkin memiliki risiko kematian dini. Namun risiko tersebut bisa terhindar apabila menambahkan menu sayuran dan kacang-kacangan, bukan daging atau keju. Hal tersebut diungkapkan sebuah studi di Amerika Serikat (AS) yang dikutip laman CNA Lifestyle.

Pada penelitian sebelumnya telah menghubungkan diet rendah karbohidrat untuk hasil yang lebih baik dalam menurunkan berat badan jangka pendek. Namun penelitian tidak menyebutkan terkait keberhasilan jangka panjangnya, atau jenis makanan yang harus dikonsumsi agar mendapatkan kesehatan optimal.

Baca Juga

Penelitian tersebut diambil dari 15 ribu orang dewasa dengan rentang usia 45 hingga 65 tahun dengan periode 25 tahun. Selama periode tersebut berlangsung, lebih dari 6 ribu responden meninggal dunia. Penelitian saat ini menunjukkan, 50-55 persen orang yang mendapat kalori dari karbohidrat cenderung bisa hidup lebih lama. Sementara mereka dengan asupan karbohidrat lebih rendah kemungkinan mengalami kematian dini.

Penelitian yang ditulis di dalam The Lancet Public Health tersebut mencatat, asupan karbohidrat yang lebih rendah, serta jenis makanan yang dikonsumsi selain karbo dikaitkan sehingga mendapat hasil yang berbeda-beda. Dr Sara Seidelmann dari Brighams and Women's Hospital and Harvard Medical School Boston mengatakan, pola diet karbohidrat lebih rendah dengan menggantinya menjadi protein hewani memiliki risiko kematian dini lebih tinggi.

"Kondisinya bisa berbeda apabila diganti dengan protein dari sayuran dan kacang-kacangan," jelas Seidelmann. Pesan utama dari studi, yakni tidak cukup hanya memangkas jumlah konsumsi karbohidrat saja. Namun seseorang harus fokus pads makanan penggantinya. Studi tidak dirancang terkait jumlah karbo yang harus dikonsumsi. Namun protein nabati membantu seseorang hidup lebih lama karena mengurangi peradangan yang disebut stres oksidatif.

Saat tubuh menggunakan oksigen, tubuh akan mengeluarkan produk radikal bebas yang bisa merusak sel dan jaringan. Kerusakan tersebut dinamakan stres oksidatif. Kelemahan dari penelitian ini, para ilmuwan hanya meneliti kebiasaan dua kali makan dalam sehari. Padahal mungkim diet dari peserta bisa berubah dari waktu ke waktu. Namun penelitian menunjukkan, diet seimbang jauh lebih baik daripada mengurangi asupan karbo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement