Kamis 20 Sep 2018 08:31 WIB

Apakah Berpikir Membakar Kalori?

Seseorang menggunakan sekitar 320 kalori hanya untuk berpikir.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Membaca buku motivasi/ilustrasi
Foto: pixabay
Membaca buku motivasi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berpikir selalu membutuhkan tenaga, meski duduk berdiam diri saja. Namun, apakah kegiatan satu ini juga membakar kalori yang cukup?

“Jawaban dasarnya adalah ya,” kata asisten profesor psikologi dan ilmu saraf perilaku di University of Albany Ewan McNay, dikutip dari Time, Kamis (20/9).

Berpikir sudah diakui dapat mengurangi kalori meski berdiam diri. Bagaimana kalau dibandingkan dengan berdiam diri sambil menonton televisi atau main ponsel? Tunggu sebentar, mari jelaskan perlahan.

Otak tidak seperti bagian tubuh lainnya. Bagian satu ini berjalan secara eksklusif membutuhkan gula glukosa sehingga aktivitas kognitif yang berat membutuhkan lebih banyak glukosa daripada yang sederhana.

McNay telah mempelajari bagaimana otak menggunakan energi untuk melakukan pekerjaan. Misalnya, selama tugas menghafal yang sulit, bagian otak yang terlibat dalam pembentukan ingatan akan mulai mengonsumsi lebih banyak energi, namun, area otak lainnya tidak akan menunjukkan peningkatan.

"Anda sebenarnya akan membakar lebih banyak energi selama tugas kognitif yang intens daripada menonton Oprah atau apa pun," kata McNay.

Tapi, konteks pengeluaran energi dalam berpikir untuk pembakaran kalori adalah jumlah yang sangat kecil meskipun otak memang mengonsumsi energi cukup banyak. “Sebagai konsumen energi, otak adalah organ paling mahal yang kita bawa bersama kita,” kata profesor kedokteran terkemuka di Washington University School of Medicine di St Louis Marcus Raichle.

Meski otak hanya mewakili dua persen dari total berat badan seseorang, organ itu menyumbang 20 persen penggunaan energi tubuh. Itu berarti selama hari-hari biasa, seseorang menggunakan sekitar 320 kalori hanya untuk berpikir.

Hanya saja, keadaan berpikir dan tugas yang berbeda dapat secara halus mempengaruhi cara otak mengkonsumsi energi. Otak akan bekerja mengonsumsi energi lebih banyak ketika melakukan aktivitas yang menuntut pikiran lebih besar.

Raichle mengatakan, otak memang membakar banyak energi. Namun, setiap perubahan dalam aktivitas otak dan penggunaan energi selama tugas berpikir  yang berat hanya sebentar.

"Mungkin lima persen perubahan dengan latar belakang semua aktivitas otak," kata Raichle.

Bahkan ketika seseorang ingin otak Anda tenggelam dalam kondisi berpikir yang sulit sepanjang hari, perubahan lima persen ini tidak akan bertambah banyak. "Kalori itu akan sangat sederhana," kata Raichle.

Sebagian besar konsumsi energi otak diarahkan untuk mempertahankan kewaspadaan, memantau lingkungan untuk informasi penting, dan mengelola kegiatan "intrinsik" lainnya. Dalam hal kebutuhan energinya, menurut Raichle, pemikiran individu itu murah, namun, mesin yang membuatnya murah sangat mahal.

McNay setuju otak kita tidak menghabiskan lebih banyak energi selama tugas-tugas sulit daripada saat yang sederhana. Seseorang yang melakukan pekerjaan kognitif yang menantang selama delapan jam akan membakar sekitar 100 kalori lebih banyak daripada orang yang menonton TV atau melamun selama waktu yang sama.

“Jika Anda melakukan sesuatu yang sangat menuntut yang menggunakan banyak indera, sesuatu seperti belajar memainkan instrumen yang mungkin mencapai 200 [kalori],” kata McNay.

Bahkan dalam sesi pembelajaran instrumen ini, kemampuan otak untuk tetap mengerjakan tugas akan berkurang karena simpanan glukosanya berkurang. Seseorang akan mengalami efek penipisan, ketika tidak dapat mempertahankan tingkat kinerja kognitif yang sama.

Meminum air bergula atau melahap beberapa camilan manis dapat mengisi kembali simpanan glukosa dan membantu memulihkan otak ke kekuatan penuh. Namun, kalori dalam makanan dan minuman tersebut akan lebih mudah melebihi jumlah kalori yang akan dibakar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement