Selasa 18 Sep 2018 11:35 WIB

Ilmuwan Temukan Partikel Polusi Udara di Plasenta

Polusi udara mempengaruhi tumbuh kembang janin hingga setelah lahir.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.
Foto: AP Photo/R S Iyer
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan telah menemukan contoh pertama polusi udara yang berjalan melalui paru-paru ibu hamil dan ke plasenta. Kondisi ini sangat berpotensi mencapai janin.

 

Penelitian yang dipresentasikan di European Respiratory Society International Congress di Paris, meneliti plasenta dari lima wanita hamil di Inggris. Hasil dari penelitian itu menemukan partikel-partikel polusi telah masuk ke plasenta.

 

"Kami tidak tahu apakah partikel yang kami temukan juga bisa bergerak ke janin, namun bukti kami menunjukkan ini memang mungkin," kata dokter anak dan peneliti klinis di Queen Mary University di London dan pemimpin penelitian Dr Norrice Liu dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNN, Selasa (18/9).

 

Dr Lie menyatakan, tim penelitinya belum bisa memastikan kalau partikel polusi itu dapat masuk ke tubuh bayi sehingga memiliki efek buruk. Sebab kalau itu memiliki efek pada plasenta maka akan berdampak langsung pada janin.

 

Kelima wanita hamil yang mengambil bagian dalam penelitian ini semuanya tinggal di London dan dijadwalkan untuk melahirkan bedah sesar. Mereka bukan perokok dan melahirkan bayi yang sehat setelah kehamilan tanpa komplikasi.

 

Setiap wanita setuju untuk memberikan plasenta, organ yang menempel pada rahim selama kehamilan dan menghubungkan ibu dengan janin, diperiksa oleh tim peneliti. Plasenta memungkinkan oksigen dan nutrisi untuk melewati pasokan darah ibu ke janin melalui tali pusat dan juga memastikan pembuangan limbah apa pun.

 

Studi khusus ini mengamati makrofag plasenta. Sel-sel ini adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh dan menangani partikel berbahaya seperti bakteri dan partikel polusi, dan merupakan kunci dalam membantu melindungi plasenta.

 

Menurut laporan itu, tim meneliti 3.500 sel makrofag dari lima plasenta. Peneliti menemukan 60 sel mengandung 72 area gelap di antara mereka, yang diyakini para peneliti adalah partikel karbon.

 

"Kami sudah tahu untuk sementara waktu kalau polusi udara mempengaruhi perkembangan janin dan dapat terus mempengaruhi bayi setelah lahir dan sepanjang hidup mereka," kata peneliti dari Queen Mary University of London Dr Lisa Miyashita.

 

Hasil yang didapatkan ini membuat peneliti tertarik untuk melihat apakah efek ini bisa disebabkan oleh partikel polusi yang bergerak dari paru-paru ibu ke plasenta. Sampai sekarang, ada sangat sedikit bukti bahwa partikel yang dihirup masuk ke dalam darah dari paru-paru.

 

"Penelitian baru ini menunjukkan kemungkinan mekanisme bagaimana bayi dipengaruhi oleh polusi saat secara teoritis dilindungi di dalam rahim. Kami membutuhkan kebijakan yang lebih ketat untuk udara yang lebih bersih untuk mengurangi dampak polusi pada kesehatan di seluruh dunia karena kami sudah melihat populasi baru orang dewasa muda dengan masalah kesehatan," kata presiden European Respiratory Society Dr. Mina Gaga.

 

Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menyoroti hubungan antara paparan ibu hamil dengan polusi udara dan kematian bayi, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Mereka memiliki bukti kuat tingkat polusi udara lalu lintas udara yang lebih tinggi di London terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari hasil kehamilan yang merugikan.

 

Ketua dalam Epidemiologi Lingkungan Perinatal dan Pediatri, di Imperial College London  Dr Mireille Toledano menyatakan, hasil dari penelitian baru itu menguatkan tingkat polusi udara meningkatkan risiko kerugian bagian orang hamil. Dengan ditemukan hasil itu maka perlu pembaruan regulasi kembali seputar polusi udara.

 

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh UNICEF pada bulan Desember 2017 mengatakan, hampir 17 juta bayi di bawah usia satu tahun tinggal di daerah di mana polusi setidaknya enam kali lebih tinggi daripada batas internasional. Maka dengan adanya penelitian tersebut setiap negara harus mulai bergerak cepat memperbaiki regulasi seputar perbaikan udara.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement