REPUBLIKA.CO.ID, MADISON -- Organisasi kesehatan PBB telah mengklasifikasikan kecanduan video gim sebagai salah satu gangguan mental. Keputusan tersebut tak ayal bisa memantik kecemasan di kalangan orang tua yang anak-anaknya doyan bermain gim. Akan tetapi, tidak selamanya bermain gim membawa dampak negatif.
Dilansir dari Healthline, sekelompok peneliti berhasil menciptakan gim yang didesain mampu meningkatkan rasa empati pada pemainnya terutama anak-anak. Gim tersebut juga diklaim dapat mengembangkan kemampuan bersosial penggunanya. Gim berjudul Crystal of Kaydor itu dirancang oleh tim riset dari University of Wisconsin-Madison.
Crystal of Kaydor ditujukan bagi anak-anak yang duduk di bangku sekolah menengah. "Tugas kami adalah menciptakan gim yang tidak adiktif namun meningkatkan ketrampilan sosial," ujar Richard Davidson, psikiater sekaligus ketua tim peneliti.
Premis dasar dari Crystal of Kaydor adalah petualangan di planet asing dengan kondisi pesawat luar angkasa yang rusak. Untuk bisa memperoleh pertolongan, pemain harus berkomunikasi dengan alien namun terhalang oleh kendala bahasa. Demi bisa berinteraksi dengan alien, pemain harus memainkan ekspresi wajah.
Setelah diujicobakan kepada anak-anak, tujuan awal dirancangnya gim tersebut mulai terlihat. Setelah pengguna bermain Crystal of Kaydor selama dua pekan, otak mereka menunjukkan perkembangan dalam hal merespons empati. Mereka lebih mudah berbagi dan mengambil sudut pandang.
Akan tetapi, tidak semua responden memperlihatkan hasil yang sama seperti itu. Menurut para peneliti, pemain yang tidak mengalami perubahan rasa empati dikarenakan merasa mudah memainkan gim tersebut.
"Masalah bukan pada mediumnya tetapi pesan apa yang ingin disampaikan. Seandainya pembuat gim membuat menciptakan gim yang mengasah perasaan daripada misi membunuh orang, pikirkan betapa banyak manfaat yang bisa didapat anak-anak dari bermain gim," terang Richard.
Terapis okupasi di Port St. Luci Florida, Monica Jackman, menjelaskan apa akibat dari anak yang kehilangan empati. "Empati adalah pintu gerbang membuka kesadaran sosial, hubungan sosial, dan aktualisasi perilaku sosial," ungkapnya.
Tanpa rasa empati, anak-anak kurang menyadari kesusahan yang menimpa orang di sekitarnya atau tidak menyesal apabila menyakiti hati orang lain. Bahkan, anak bisa jadi malah menertawakan kesulitan orang lain.