Jumat 07 Sep 2018 23:06 WIB

Museum KAA Gelar Pekan Literasi Asia Afrika

Pameran digelar 7-9 September 2018.

Rep: Wachidah Handasah/ Red: Irwan Kelana
Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Azis Nurwahyudi (ketiga dari kiri) bersama antara lain Kepala Museum Konferensi Asia Afrika Meinarti Fauzie (kedua dari kiri) saat pembukaan Pekan Literasi Asia Afrika (PLAA) kelima tahun 2018 di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Jumat (7/9).
Foto: Museum KAA
Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Azis Nurwahyudi (ketiga dari kiri) bersama antara lain Kepala Museum Konferensi Asia Afrika Meinarti Fauzie (kedua dari kiri) saat pembukaan Pekan Literasi Asia Afrika (PLAA) kelima tahun 2018 di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Jumat (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Museum Konferensi Asia Afrika (MKAA) kembali menggelar Pekan Literasi Asia Afrika (PLAA). PLAA kelima ini akan digelar selama tiga hari, Jumat-Ahad (7-9 September 2018).

PLAA kelima secara resmi dibuka oleh Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Azis Nurwahyudi, Jumat (7/9). Kegiatan ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan MKAA bertepatan dengan Hari Literasi Internasional yang jatuh pada 8 September.

Azis mengatakan, PLAA bertujuan meningkatkan minat masyarakat terhadap literasi. Melalui kegiatan ini, pihaknya ingin mempromosikan perpustakaan Museum KAA.

“Sesuai dengan tema yang diangkat tahun ini yaitu Pustaka Cakra Budaya Bangsa, kegiatan ini menjadi salah satu upaya memanfaatkan energi positif dan kreativitas masyarakat untuk menjadikan literasi sebagai bagian dari keseharian,” kata Azis Nurwahyudi.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Museum KAA, Meinarti Fauzie menyampaikan, yang membedakan PLAA kali ini dengan tahun-tahun sebelumnya adalah pengayaan media literasi. Menurut dia, acara tahun ini lebih bervariasi. “Tak hanya melalui buku, tapi juga film, mendongeng, dan media digital,” ujarnya.

Meinarti mencontohkan, kehadiran UPT Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menampilkan printer tiga dimensi. “Alat ini membuat objek padat tiga dimensi dari model digital,” katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (7/9).

Ia juga mengungkapkan tentang empat kegiatan menarik dalam PLAA tahun ini. Yakni, pameran literasi, pameran buku, diskusi literasi, dan film. “Ada pula acara mendongeng bagi pelajar sekolah dasar termasuk anak-anak penyandang difabel netra di Kota Bandung,” tuturnya.

 

Pelaksanaan PLAA kelima ini mendapat sambutan yang baik dari peserta. Menurut Wakil Kepala UPT Perpustakaan ITB, Lusia Marliana Nurani, PLAA merupakan kegiatan yang strategis untuk menjalin kerja sama nyata antarperpustakaan, penggiat literasi, dan masyarakat.

 

PLAA kelima terselenggara berkat kerja sama antara Museum KAA dan mitra kerja MKAA, seperti  Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat, Dinas Perpustakaan dan Kerarsipan Kota Bandung, Perpustakaan Ali Alatas BPPK Kemlu, UPT Perpustakaan ITB, Pusat Bahasa Mandarin Universitas Kristen Maranatha, Pusat Kebudayaan Korea Indonesia yang berada di bawah Kedutaan Besar Repubik Korea, BPBI “Abiyoso” Kementerian Sosial, penerbit buku Gramedia, Simbiosa, Rekatama Media, Granesia, dan Klab Bahasa Esperanto Sahabat Museum KAA.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement