Jumat 07 Sep 2018 07:04 WIB

Psikolog Imbau Orang Tua Selektif Pilih Sekolah

Tidak sedikit sekolah yang saat ini secara tidak langsung mengajarkan intoleransi.

Sejumlah pelajar Taman Kanak-Kanak mewarnai gambar Candi Borobudur saat mengikuti lomba mewarnai nasional dengan tema Ceria Warna Nusantara, di Metro Indah Mall, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Kamis, (27/4).
Foto: Mahmud Muhyidin
Sejumlah pelajar Taman Kanak-Kanak mewarnai gambar Candi Borobudur saat mengikuti lomba mewarnai nasional dengan tema Ceria Warna Nusantara, di Metro Indah Mall, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Kamis, (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Maharani Ardi Putri mengimbau kalangan orang tua untuk berhati-hati memilih sekolah untuk anaknya. Pemilihan sekolah ini terutama untuk Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-Kanak.

"Orang tua harus bisa memilih dengan baik mulai dari basis sekolah tersebut, kurikulum maupun gurunya agar anak tidak terjerumus ataupun terpapar hal-hal yang negatif," katanya, Kamis (7/9).

Menurut dia, memilih sekolah untuk anak sebagai hal penting mengingat saat ini tidak sedikit sekolah yang mengajarkan intoleransi, antikebangsaan, serta keagamaan yang ekstrem. Putri mengatakan orang tua juga harus memerhatikan perilaku dan juga ucapan anaknya sehingga bisa segera mengambil tindakan ketika menemukan yang tidak sepantasnya.

Baca juga, Cukup Tidur Pengaruhi Nilai Anak di Sekolah

"Anak-anak usia Playgroup, TK, SD masih punya keterbatasan pola pikir sehingga apa yang dia lihat maka itu yang dia tiru tanpa melalui saringan yang lebih kritis seperti halnya orang dewasa," katanya.

Jika perilaku atau ucapan anak ternyata keliru, meniru atau berdasarkan apa yang diajarkan gurunya, maka tidak boleh didiamkan. Orang tua boleh datang ke sekolah untuk kemudian mendiskusikan itu kepada pendidik yang ada di sekolah. 

"Jangan dibiarkan," ujar psikolog yang di layar kaca dikenal dengan nama Putri Langka itu.

Ia menyatakan pernah mendengar kasus anak usia lima tahun menolak diajak orang tuanya ke pusat perbelanjaan. Anak tersebut beralasan, menurut gurunya, pusat perbelanjaan tersebut tempat orang-orang yang agamanya tidak sama dengan agama yang dianutnya.

"Mungkin anak-anak cuma menyampaikan saja tanpa tahu apa maksudnya. Orang tua perlu tahu juga siapa yang menyampaikan, harus dicari sumbernya," katanya.

Menurut dia, anak-anak adalah investasi bangsa Indonesia pada masa mendatang. Sangat disayangkan apabila sejak dini mereka justru terpapar ajaran intolerasi, anti-Pancasila, dan anti-NKRI. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement