Jumat 07 Sep 2018 06:46 WIB

Asupan Tersembunyi Gula di Sarapan Favorit

30 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi gula melebihi batas rekomendasi WHO.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Bubur ayam untuk sarapan.
Foto: Republika/Prayogi
Bubur ayam untuk sarapan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa menu sarapan favorit Anda? Nasi uduk, bubur ayam, lontong sayur atau ketoprak?

Ternyata makanan-makanan yang mudah didapat dan enak rasanya ini mengandung gula tersembunyi. Bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih bisa membahayakan kesehatan.

Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr Diana F Suganda, MKes, SpGK menjelaskan dari hasil survei yang dilakukannya ternyata makanan favorit Anda juga mengandung gula tersembunyi. Sebut saja menu sarapan bubur ayam. Bubur yang dilengkapi dengan ayam, kerupuk, kacang, bawang goreng dan kecap ini mengandung sekitar 1,9 gram gula.

Sedangkan untuk nasi uduk yang lengkap dengan tempe orek, bihun goreng, telur dan lainnya mengandung sekitar 1,83 gram gula. Kemudian lontong sayur mengandung 2,11 gram gula.

Pada menu sarapan anak-anak, misalnya sereal dan susu, ini mengandung sekitar 23 gram gula, nasi dengan telor ceplok sekitar 0,68 gram gula dan roti plus keju sekitar 3,6 gram gula.

Itu baru menu sarapan, belum lagi menu makan siang dan malam. Seperti nasi padang, mi ayam yang mengandung 1,3 gram gula juga gado-gado lontong mengandung 1,5 gram gula.

Begitu juga dengan menu makan siang anak-anak. Seperti nasi dengan sosis, nasi nugget dan lainnya yang mengandung 0,2 gram sampai 0,6 gram gula. "Ternyata makanan yang asin-asin juga mengandung gula," tambahnya.

Sementara menu makan malam seperti nasi goreng juga mengandung 3,2 gram, nasi capcay 3,9 gram, nasi sop ayam 0,3 gram gula. Ada lagi menu kudapan seperti martabak telur yang mengandung 3 gram gula untuk 3 potong martabak, siomay 0,27 gram gula, protein bar 7 gram gula, yogurt 20 gram gula dan puding 22 gram gula.

Pada dasarnya, gula memang merupakan unsur makanan yang sangat dibutuhkan, sebagai salah satu sumber karbohidrat yang paling penting dan paling mudah dicerna untuk memaksimalkan fungsi kerja tubuh dan otak. Namun, untuk menghindari berbagai masalah kesehatan, World Health Organization (WHO) menganjurkan bahwa asupan gula dari semua sumber makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak melebihi 50 gram per hari untuk dewasa (empat sendok makan) dan 30 gram per hari untuk anak (enam sendok teh), yang artinya kurang dari 10 persen dari total asupan energi.

Data Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) Indonesia tahun 2014 mengatakan bahwa sebanyak 29,7 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi gula bahkan melebihi batas rekomendasi tersebut. Hal ini dibenarkan oleh dr Diana.

"Kita butuh gula, butuh karbohidrat. Sekitar 50 sampai 60 persen berasal dari gula. Karbohidrat penting untuk energi dan otak, sel darah merah juga metabolisme tubuh. Tapi bukan berarti konsumsi berlebihan," ujarnya.

Menurutnya, gula memang sangat sulit untuk dihindari, bahkan ketika seseorang mulai menerapkan pola gaya hidup sehat. Beberapa jenis makanan dan minuman yang dianggap sehat pun ternyata tidak luput dari kandungan gula tersembunyi. Contohnya buah-buahan (baik buah asli maupun hasil olahannya), sereal, biskuit atau roti gandum, granola, minuman oat, puding, jeli, dan agar-agar atau jenis minuman seperti minuman isotonik, minuman diet, susu kacang, susu beras, susu almond, dan banyak Iainnya.

"Generasi milenial merasa sudah menjalankan gaya hidup sehat dengan makan makanan sehat. Tidak juga misalnya makan makanan sehat ternyata ada gulannya seperti pada sereal, granola. Bahan makanan yang dikira sehat ternyata kandungan gula 10 sampai 20 gram dalam 250 ml jus atau yogurt. Masalahnya mereka yang mengganggap minuman itu sehat maka akan mengonsumsi sebanyak-banyaknya. Pola itu yang harus dihindari," misalnya.

Drg Ratu Mirah Aflfah, GCClinDent, MDSc selaku Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia menambahkan konsumsi gula berlebih ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan kehadiran gula tersembunyi dalam makanan dan minuman. "Makanan atau minuman yang tidak manis sekalipun dapat mengandung gula tersembunyi penyebab gigi berlubang. Gula tersembunyi ini bisa hadir sebagai tambahan dalam makanan olahan, maupun secara alami di dalam bahan makanan."

Untuk itu, sebagai konsumen, menurut dr Diana kita harus cerdas saat mengonsumsi atau membeli makanan dan minuman. Cek fakta kandungan nutrisi makanan atau minuman tersebut yang tertera pada kemasan. Selain itu, konsumsi gula jangan sampai lebih dari 30 dan 50 gram.

"Kalau berlebihan juga akan sakit dalam jangka panjang. Efek kronik. Penyakit ngeri-ngeri seperti diabetes, obesitas, kolesterol, permasalahan gigi dan mulut juga masalah lainnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement