Selasa 04 Sep 2018 01:44 WIB

Orang Tua Depresi Pengaruhi Hubungan Pertemanan Anak

Ada kaitan antara pertemanan anak dan gaya kepengasuhan orang tua di rumah.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Andri Saubani
Terlibat dalam pengasuhan anak menguntungkan kesehatan ayah
Foto: .
Terlibat dalam pengasuhan anak menguntungkan kesehatan ayah

REPUBLIKA.CO.ID, Siapa bilang orang tua tidak memiliki pengaruh terhadap persahabatan anak dengan teman sebayanya? Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology mengungkap, bahwa kesehatan mental orang tua sangat berdampak pada hubungan pertemanan anak.

Riset digagas oleh tim dari Universitas Florida Atlantik di Boca Raton, Florida, dan Universitas Jyvaskyla di Finlandia. Mereka mengumpulkan data dari 1.523 anak dan mencermati kaitan antara pertemanan anak dan gaya kepengasuhan ibu dan ayah di rumah.

Terdapat tiga faktor yang diuji, yakni kendali perilaku, kendali psikologis, serta kehangatan dan kasih sayang dari orang tua. Hasilnya, orang tua yang secara klinis mengidap depresi membuat anak berisiko 104 persen kehilangan teman pada enam tahun pertama sekolah.

Penulis studi memprediksi, hal itu diakibatkan oleh sikap orang tua kepada buah hati. Anak yang diasuh dengan suasana positif penuh kehangatan dan kasih sayang lebih mungkin tumbuh menjadi individu yang utuh sehingga lebih populer atau disukai.

"Orang tua yang depresi dan terlalu mengendalikan perilaku dan aspek psikologis anak justru membuat kesejahteraan dan dunia sosial anak terganggu," ungkap salah satu peneliti, Dr Brett Laursen, dikutip dari laman Metro.

Laursen meyakini, anak usia sekolah dengan orang tua yang mengidap depresi tidak memiliki kemampuan mumpuni untuk terlibat dengan orang lain. Konsekuensinya, mereka cenderung tidak dapat mempertahankan hubungan pertemanan dalam jangka panjang.

Awal tahun ini, peneliti juga menghimpun statistik yang mengungkapkan bahwa sekitar 68 persen perempuan dan 57 persen pria pengidap masalah kesehatan mental adalah orang tua. Masalah yang paling umum dialami adalah kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement