Senin 03 Sep 2018 16:22 WIB

Jarang Makan Serat Berpotensi Terkena GERD

Kopi nol kafein tak menjamin seseorang tak terkena maag akut

Rep: Dwina Agustin / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi Sakit Maag
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Sakit Maag

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan kondisi yang terjadi karena buruknya gaya hidup. Makanan, merokok, hingga stres menjadi faktor yang bisa memicu masalah dalam saluran pencernaan itu.

Profesor Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP menjelaskan, GERD sangat berpengaruh dari pola gaya hidup seseorang. Mereka yang senang makan daging merah dengan penuh lemak, manis, dan asin, sedangkan tidak mengonsumsi serat seperti sayuran dan buah-buahan maka memiliki risiko lebih besar terkena GRED.

Makanan penuh lemak ini membuat pengosongan lambung menjadi lebih lambat. Terlebih lagi, biasanya konsumsi makanan berlemak ini dibarengi dengan cara makan yang juga cepat.

"Itu semua akan meningkatkan keasaman lambung, tingkatkan makan ikan ini buat asam lambung bisa turun," ujar staf Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Di samping itu, seorang perokok, peminum alkohol, dan kopi pun bisa menyebabkan GERD. Memang, menurut Prof Ari, sekarang banyak kopi yang menawarkan nol kafein, namun, sesungguhnya itu tetap saja memiliki kandungan kafein.

Kafein ini yang berbahaya untuk kesehatan lambung. Untuk lambung normal, konsumsi tiga cangkir per hari tidak menjadi masalah, namun, ketika telah terkena GERD maka konsumsi kafein ini harus benar-benar ditinggalkan agar tidak membuat asam lambung naik.

Selain faktor gaya hidup, GERD juga mudah muncul ketika pertambahan usia. Prof. Ari menjelaskan, beberapa orang mulai merasakan tersebut ketika berusia 40 tahun, bahkan untuk tenaga medis juga terjadi ketika memasuki 50 tahun. Hal ini terjadi karena akumulasi pola hidup di umur-umur lebih muda.

Prof. Ari pernah melakukan studi yang melibatkan tenaga medis, sebanyak 27 persen mereka terkena GERD. Masalah tersebut muncul pada orang berusia di atas 50 tahun, kegemukan, dan kebiasaan merokok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement