Jumat 31 Aug 2018 13:02 WIB

Bahaya di Balik Obat 'Herbal' Disfungsi Ereksi

Obat berlabel 'herbal' yang dapat memberikan respons cepat patut dicurigai.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Ada berbagai metode pengobatan disfungsi ereksi. Konsultasikan dengan dokter sebelum memilih tipe pengobatannya.
Foto: pixabay
Ada berbagai metode pengobatan disfungsi ereksi. Konsultasikan dengan dokter sebelum memilih tipe pengobatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika mengalami disfungsi ereksi, sebagian laki-laki mungkin lebih memilih obat herbal sebagai solusi. Selain dianggap lebih alami, sebagian obat herbal yang dijajakan bebas mampu memberikan respons yang cepat.

"Sekarang kan banyak yang berobat sendiri, promo-promo (obat ereksi dalam bentuk) tisu, permen, lain-lain kan banyak sekali sekarang," cerita spesialis andrologi dari RSUP Fatmawati dr Nugroho Setiawan SpAnd saat ditemui dalam diskusi kesehatan bersama Pfizer di Jakarta.

Meski tampak alami dan efektif, obat herbal yang mampu memberikan respons cepat atas masalah disfungsi ereksi sebenarnya patut diwaspadai. Alasannya, obat herbal yang benar-benar murni tidak akan memiliki respons yang cepat.

Secara teori, lanjut Nugroho, dampak dari obat herbal yang benar-benar murni baru akan terlihat setelah dikonsumsi selama 7-10 hari. Jika dibutuhkan oleh tubuh, obat herbal murni ini dapat memberikan efek yang baik. Jika tidak dibutuhkan oleh tubuh, obat herbal murni ini akan diekskresikan oleh tubuh.

Obat berlabel 'herbal' yang dapat memberikan respons cepat patut dicurigai. Kemungkinan obat herbal ini tidak benar-benar murni, tetapi sudah mendapatkan campuran obat kimia.

Pencampuran obat kimia ke dalam obat herbal tentu dapat merugikan karena dosis obat kimia yang digunakan tidak jelas. Padahal, obat kimia memiliki dosis maksimal yang perlu diperhatikan agar penggunaannya tidak berlebih dan memberi efek merugikan.

"Karena bahan aktif ini murah sekali, makanya banyak dicampur ke (sebagian) obat herbal, yang dicampur ke obat herbal ini tidak tahu berapa, padahal ada dosis maksimal," jelas Nugroho.

Dari segi kedokteran, Nugroho mengatakan pengobatan disfungsi ereksi harus disesuaikan dengan kondisi atau penyakit yang mendasari timbulnya gangguan ereksi tersebut. Oleh karena itu, pengobatan disfungsi ereksi pada tiap pasien bisa berbeda.

Namun secara umum, ada tiga lini pengobatan disfungsi ereksi yang menjadi panduan para dokter. Lini pertama pengobatan disfungsi ereksi adalah pemberian obat PDE-5 inhibitor dan vakum. Jenis-jenis obat PDE-5 inhibitor yang sudah mendapatkan izin BPOM RI adlaah sildenafil, tadalafil dan vardenafil.

Lini kedua pengobatan disfungsi ereksi adalah injeksi intracavernous. Sedangkan lini ketiga pengobatan disfungsi ereksi adalah penile protheses atau operatif pembuluh darah. "Selain pengobatan, penyebab (disfungsi ereksi) juga diatasi," tukas Nugroho.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement